Mohon tunggu...
Atiyah Rauzanah
Atiyah Rauzanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - ________________

An Elf-librocubicularist

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Kompleksitas Ekspresi Rasa dalam Dua Karya Marchella FP

18 April 2022   01:05 Diperbarui: 18 April 2022   01:08 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

A simple life is a happy life.

Hidup adalah tentang perjalanan menggapai tujuan yang dalam prosesnya tidak selalu menyenangkan.

Oleh sebab itu untuk menjaga diri agar tetap waras manusia perlu punya teman agar bisa mengekspresikan ide dan perasaanya sehingga hidupnya menjadi lebih mudah.

Tentu perjalanan menemukan teman berbagi rasa ini bagi sebagian orang tidak mudah. Mereka yang ekstrovert mungkin lebih mudah menemukan teman karena kepribadiaannya yang cenderung terbuka sehingga bebas mengekspresikan perasaanya kepada siapapun dan tentu membuat orang-orang ekstrovert lebih mudah survive.

Sementara itu bagi orang berkepribadian introvert berbagi rasa dengan orang lain bukan hal mudah karena kecenderungan mereka menutup diri dari interaksi dengan orang lain dan kebiasaan mereka memendam perasaannya sendiri, ini membuat orang dengan kepribadian introvert ini lebih rentan terkena depresi dari pada orang dengan kepribadian introvert apalagi jika mereka jarang melakukan self-talk (survei klikdokter.com).

Menyadari pentingnya kesehatan mental saat ini, dua buku yang akan saya ulas ini semoga bisa jadi rekomendasi bagi pembaca sekali khususnya bagi pembaca yang bekepribadian introvert.

Ini dikarenakan dua buku yang masuk kategori novel  flash fiction mengilustrasikan berbagai rasa dalam kehidupan sehingga membacanya bisa jadi momen untuk self-healing. Berikut adalah ulasan saya    

1. Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) 

NKCTHI rilis pada Oktober 2018. Ketika saya membelinya pada awal 2019, buku ini sudah cetakan kedelapan. Pembaca pasti bisa mebayangkan betapa tingginya minat pembaca dari awal buku ini rilis. Bahkan saking populernya, kisah dalam NKCTHI difilmkan dalam layar lebar dengan judul yang sama pada awal 2020 dan menjadi film dengan genre keluarga.

Mengarungi setiap lembarnya, pembaca yang telah menuntaskan buku NKCTHI bisa merasakan ragam ekspresi hati Awan (tokoh cerita) dalam melihat hidup yang jika ditelaah secara keseluruhan maka buku ini hendak berpesan agar kita tidak mudah menyerah dan senantiasa melihat sisi positif dari kehidupan segelap apapun itu .

Buku ini terdiri atas 4 bab dan menariknya setiap judul babnya menggunakan nama waktu dalam satu hari. 

Diawali dengan Pagi--bab tentang kekaguman terhadap waktu yang satu sisi kita belum siap menghadapinya namun kita juga sadar ada banyak hal yang harus dijemput.

Siang--bab tentang perjalanan menuju tujuan yang mengingatkan kita agar jangan saling bertabrakan walau tujuannya berbeda atau mungkin juga sama.

Bab ini juga mengingatkan kita agar senantiasa berbuat baik karena ada banyak kesempatan hadir tak terduga dari kebaikan yang kita lakukan.

Sore--bab yang mengingatkan kita agar senantiasa menyisihkan energi untuk merefleksikan diri. Mempertanyakan kembali pilihan-pilihan hidup yang telah kita jalani apakah sudah sesuai dengan keinginan diri dan Sang Pencipta atau belum.

Karena ada banyak hal sederhana yang seringkali rumit oleh ulah pikiran sendiri. Malam---bab yang merefleksikan ketenangan  atas semua usaha yang telah diupayakan, berhasil atau gagal. 

Berikut adalah beberapa kutipan favorit saya dari buku NKCTHI:

     Kalau semua mimpi terwujud dalam satu waktu, mungkin pagi ini selimut dan bantal masih mengikat hingga malam tiba.

Hidup harus selalu bergerak. Satu masalah pergi satu masalah datang. Begitu juga senang. 

Tugas manusia ya berjuang sampai akhir.

Tenang, gak semua harus ada jawabannya sekarang.

 Kadang cukup itu lebih dari cukup

2. Kamu Terlalu Banyak Bercanda (KTBB) 

KTTB rilis pada Mei 2019. Dibandingkan dengan NKCTHI, buku ini lebih mengekspresikan berbagai tipe bad feelings seperti kesal, marah, kecewa, sedih, takut, yang sebelumnya banyak dibiarkan terpendam dalam hati sehingga membuat orang lain  menganggap  hidupnya sebecanda itu.

Melalui buku ini pembaca seperti diajak utuk merayakan berbagai perasaan tadi melalui rangkaian kata yang dituliskan secara jujur apa adanya.

Misal di bab pertama di mana Awan (tokoh utama yang sama dengan NKCTHI) ia memaki dirinya sendiri dengan membenarkan omongan temannya bahwa selama ini ia terlalu banyak becanda. Padahal ia juga sedih, ia juga marah, ia juga takut, tapi ia simpan.

Lalu bab kedua, di mana Awan yang sebelumnya terbiasa ikut teman-temannya tertawa hari itu tidak bisa tertawa. Karena ia sadar bahwa sepaham tapi tak terarah membuat keraguan muncul. Ia marah dan mengatakan: 

Peduli apa tentang ia yang perlu kepastian

Lalu bab ketiga, di mana Awan yang biasanya pandai mencari alasan untuk bertahan, namun kali ini ia memilih menghentikan langkah dengan memaki dalam hati:

Kamu terlalu pelupa, aku terlalu perasa

Lalu bab keempat, di mana Awan mulai menyadari bahwa kali ini ia tidak bisa lagi menghalau rasa sedih yang sebelumnya ia begitu lihai melakukannya. Ia kesal dan mengatakan: 

Ragunya jadi sia-sia

Sedihnya jadi tak terasa

Lama Bertahan di sakiti

Pikirannya sendiri

Melunak, mengalah

Mengeras

Di bab akhir, Awan akhirnya sadar bahwa semua rasa yang telah ia simpan dengan rapi nyatanya gugur oleh gerak-geriknya sendiri. Dalam restrospeksinya ia mengakui bahwa

Tidak selalu musuh datang dari arah berlawanan. 

Kadang dari sini. 

Ruang Terdekat. 

Bergerak antara logika dan hati. 

Namanya ego, ekspektasi, emosi. 

Sedikit berbeda dengan sang penulis (Marchella FP) mengatakan bahwa NKCTHI merupakan sisi terang dari hidup dan KTBB merupakan sisi gelapnya, bagi saya NKCTHI lebih merupakan nasehat, karena di dalamnya pembaca (setidaknya saya sendiri) merasa seperti dinasehati dan memang bahasanya pun bahasa menasehati karena diceritakan bahwa ketika Awan membagikan tulisannya, usia tulisan Awan saat itu telah lebih dari 10 tahun. Begitupun dengan KTBB yang lebih mengekspresikan berbagai perasaan tidak menyenangkan dalam hidup yang sebelumnya dipendam begitu saja dalam hati sehingga meski 10 tahun telah  berlalu jejak rasa yang dikira telah hilang karena diabaikan itu ternyata masih membekas di hati. 

Tentu ada banyak hal menarik lain dari dua buku ini yang tidak bisa saya ceritakan di sini. Karenanya saya menganggap bahwa dua karya ini kaya akan kompleksitas ekspresi rasa yang relatable dengan kondisi perasaan banyak orang saat ini.  Sejalan dengan penulis buku bahwa dua buku ini adalah tentang memanusiakan manusia (NKCTHI) dan merayakan sisi kemanusiaan (KTBB). Terakhir, buku ini mengajak kita agar cepat move on. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun