Suatu saat ketika ayahnya tau bahwa lafran pane sulit di atur dan selalu merepotkan neneknya, maka di pindahlah Lafran Pane ke medan dan di titipkan kepada kakaknya.
Pergilah Lafran Pane ke Medan untuk menuntut ilmu, pertama kali Lafran sungkan menunjukan perilaku semasa di kampungnya. Dia menjaga attitude ketika awal berada di rumah kakaknya, tak selang beberapa lama naluri kebebasan nya muncul lagi.Â
Lafran masih sama menjadi sosok yang tidak mau sekolah dan males menuntut ilmu. Sampai terdengar ke telinga kakaknya bahwa lafran pane sering bolos dari sekolahnya.
Marahlah kakaknya kepada lafran pane, akhirya lafran pane pergi dari rumah kakaknya dan menjadi anak jalanan. Dia bertahan hidup dengan berjualan es, tiket bioskop.Â
Terkadang uang yang di dapatkan digunakan untuk menonton tinju. Karena hobi menonton tinju akhirnya lafran pane tertarik dengan olahraga tinju berkat bertemu dengan petinju senior yang sudah tidak melakukan tinju lagi.
Singkat cerita, Lafran menjadi petinju kecil yang hebat dan menjadi terkenal di kalangan orang jalanan dan orang pasar.Â
Ketika ayahnya mengetahui bahwa lafran sulit diatur dan malah menjadi beban di medan maka lafran pun di pindahkan ke batavia sekarang jakarta. Berangkatlah Lafran dengan sangat berat meninggalkan pulau sumatra untuk pergi ke pulau jawa.
Di perjalan di atas kapal, Lafran Pane berdiskusi tentang organisasi yang ingin melakukan revolusi atau perlawanan terhadap penjajah.Â
Karena Lafran sering membaca karya tulisan dari kakaknya Arimin Pane, akhirnya mulai terbuka pemikiran tentang pentingnya pendidikan dan semangat revolusi. Setelah itu Lafran Pane berjanji ingin menjadi pribadi yang bisa berguna untuk bangsa dan negaranya.
Sampailah Lafran Pane ke Batavia disana dia belajar dengan bersungguh-sunguh. Di batavia lafran pane bertemu dengan tokoh tokoh penting seperti Bung Karno dan Bung Hatta. Begitu juga di Batavia berteman dengan D.N Aidit.Â
Bahkan antara Lafran dan Aidit sering melakukan diskusi kebangsaan. Tidak sedikit perdebatan-perdebatan yang terjadi antara keduanya. Sehingga bagi lafran diskusi seperti itu adalah semangat revolusi bangsa Indonesia.