“tidak... mana berani kami menerobos badai seperti itu” ucap petugas itu.
Ah... ternyata sosok hitam tadi bukanlah petugas pos penjagaan? Lalu siapa? Tanya hatiku. Sosok hitam tadi sepertinya telah menolong kami.
Kekasihku yang kelelahan mengambil tempat untuk duduk. Seperti janjiku, aku memijit kakinya yang lecet. Seorang teman lagi menghidupkan Hapenya yang ketika digunung tadi tidak bisa hidup karena kehabisan bateray ternyata setelah tiba dibawah bisa hidup kembali dan yang lebih anehnya bateranya masih penuh, aneh memang. Teman ini meminta temannya untuk menjemput dengan mobil walaupun waktu telah menunjukkan jam 12 malam, dia tetap mendesak, karena yang ditelepon adalah mantan kekasihnya. Maka dia berjanji untuk menjemputnya, kami sudah lelah dengan kondisi pegunungan ini yang selalu membuat kami tegang, maka kami berniat malam ini untuk kembali. Kami benar-benar lelah... dan tak terasa kami tertidur disebuah meja. Hingga kami dikejutkan dengan kedatangan sebuah mobil yang ternyata teman yang tadi ditelepon.
Singgalang, bersama jam gadang aku meminta maaf karena kelancanganku yang telah membongkar misterimu. Mudah-mudahan tamu-tamu yang akan menjejaki punggungmu bisa tahu adat dan bersopan santun ketika menjadi tamu dilingkunganmu, maafkan...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H