“bagaimana, maksudnya?” balik tanyaku.
“apakah kita berteriak atau cukup membunyikan peluit?” lanjutnya.
Sungguh aku tidak mengerti maksudnya.
Anggota yang lain menimpali, “si abang itu tidak ngerti kali”, aku acuhkan saja ucapannya, karena memang aku tidak mengerti.
Setelah cukup istirahat, maka kami kemudian kembali berjalan, setelah berjalan hampir 15 menit, teman yang tadi memintaku lagi berhenti.
“pak, apa kita bakar api unggun saya yach?”, aku tidak mengerti dengan pintanya tersebut. Aku Cuma diam, lalu aku tawarkan pada salah satu dari mereka.
“ada yang mau jadi leader ngga? Sudah capek nich” tawarku.
Maka salah seorang kemudian menyanggupi dan maju kedepan untuk memimpin rombongan kami. Sejenak aku melepaskan ketegangan karena menjadi leader tadi membuatku tegang.
Setelah berjalan cukup lama, leader yang sedang memimpin berhenti kebingungan dan sepertinya menyimpan rasa takut.
“ayo terus jalan..” desakku dari belakang.
Karena tidak menjadi leader aku kemudian lebih tenang mengamati sekelilingku. Setelah belasan menit berjalan sepertinya aku melalui tempat yang sama yang sebelumnya aku lalui, aku tidak meyakini itu awalnya, untuk membuktikan kecurigaanku, aku kemudian menaruh sebuah botol ditepi jalan. Beberapa saat kemudian, setelah rasanya jauh berjalan, aku melihat botol itu kembali. “ah, tidak mungkin!” batinku.