Mohon tunggu...
Zamila Dwi Septiani
Zamila Dwi Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia

Saat menulis, aku tak suka titik. Aku gemar tanda koma. Tolong jangan perintahkan aku untuk berhenti dan tenggelam dalam stagnansi. - Leila S. Chudori

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Suara Rakyat dalam Cerpen "Corat-Coret di Toilet" Karya Eka Kurniawan

22 Desember 2023   06:20 Diperbarui: 22 Desember 2023   06:39 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. penerbit Gramedia

Dalam paragraf ketujuh, menceritakan keadaan sebelumnya toilet itu, dicat agar tampak bersih dan terasa nyaman. Sekarang, dindingnya penuh dengan tulisan-tulisan konyol yang saling membalas, tentang gagasan-gagasan radikal progresif, tentang ajakan kencan mesum, dan ada pula penyair-penyair yang puisinya ditolak penerbit menuliskan seluruh master piece-nya di dinding toilet. Dan para kartunis amatir, ikut menyemarakkannya dengan gagasan-gagasan 'the toilet comedy'. Hasilnya, dinding toilet penuh dengan corat-coret nakal. Karena kemudian menjadi tampak kumuh, sang dekan sebagai pihak yang berwenang di fakultas, memutuskan untuk mengecat kembali dinding toilet. Maka terhapuslah buku harian milik umum itu. Salah satu mahasiswa, masuk toilet, dan segera saja merasa jengkel melihat dinding yang beberapa hari lalu masih polos, sudah kembali dipenuhi gagasan-gagasan konyol dari makhluk-makhluk usil. Maka ia pun ikut menulis, walau hatinya nyaris menangis,

"Kawan-kawan, tolong jangan corat-coret di dinding toilet. Jagalah kebersihan. Toilet bukan tempat menampung unek-unek. Salurkan saja aspirasi Anda ke bapak-bapak anggota dewan."

Makna dalam tulisan tersebut, sudah jelas bahwa mahasiswa itu menginginkan toilet yang bersih tanpa coretan di dinding untuk menulis unek-unek atau kritik dan memerintahkan untuk salurkan kepada para anggota dewan.

 

Dalam paragra kedelapan atau terakhir, menceritakan tulisan si mahasiswa alim itu, tertulislah puluhan komentar dalam satu minggu. Tanggapan-tanggapan atas usul si mahasiswa alim, ditulis dengan baragam alat: pena, spidol, lipstik, pensil, darah, paku yang digoreskan ke tembok, dan ada pula yang menuliskannya dengan patahan batu bata atau arang. Tulisan pertama berbunyi:

"Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding

toilet."

Dan seratus tulisan tersisa, juga hanya menulis,

"Aku juga."

Makna dalam tulisan tersebut, terlihat bahwa banyak mahasiswa yang setuju dengan ketidak percayaan nya dengan bapak anggota dewan untuk menyalurkan aspirasinya dan memilih untuk menuliskan nya di dinding toilet. Entah apa yang membuat mereka tidak bisa percaya pada bapak anggota dewan.

Kesimpulan dari seluruh makna tulisan di dinding toilet, dalam cerpen Corat-coret di Toilet karya Eka Kurniawan. Para mahasiswa atau oknum ini menginginkan sebuah perubahan namun tidak di jelaskan perubahan mengenai apa. Sebagian oknum menginginkan perubahan secara kekerasan dan sebagian meminta untuk perubahan secara bertahap saja. Ada juga beberapa tulisan yang sulit di mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun