Mohon tunggu...
Zamila Dwi Septiani
Zamila Dwi Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia

Saat menulis, aku tak suka titik. Aku gemar tanda koma. Tolong jangan perintahkan aku untuk berhenti dan tenggelam dalam stagnansi. - Leila S. Chudori

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Suara Rakyat dalam Cerpen "Corat-Coret di Toilet" Karya Eka Kurniawan

22 Desember 2023   06:20 Diperbarui: 22 Desember 2023   06:39 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. penerbit Gramedia

Makna dalam tulisan tersebut, terlihat bahwa anak laki-laki itu menyukai gadis yang suka perubahan yang dilakukan secara kekerasan.

 

Dalam paragraf keempat, muncullah seorang gadis lain dan dari jenis yang lain. Seorang hedonis yang suka dandan. Ketika itulah ia membaca segala unek-unek orang di dinding. Sambil tertawa centil, ia ikut menulis, juga dengan lipstik,

"Mau kencan denganku? Boleh! Jemput jam sembilan malam di cafe. NB: jangan bawa intel."

Makna dalam tulisan tersebut sedikit ambigu, bahwasannya tujuan anak laki-laki sebelum nya bukan pada gadis yang suka dandan ini. Lalu entah kenapa ia menyuruh untuk tidak membawa intel

Dalam paragraf kelima, munculah di toilet seorang laki-laki. Tubuhnya besar dan agak tinggi, dengan rambut pendek sisa digundul.  Beginilah apa yang ia tulis,

"Kawan, kalau kalian sungguh-sungguh revolusioner, tunjukkan muka kalian kalau berani. Jangan cuma teriak-teriak di belakang, bikin rusuh, dasar PKI!"

Makna dalam tulisan tersebut, benar adanya bahwa jika para orang-orang sebelum nya sangat terobsesi dengan perubahan hingga menginginkan perubahan secara kekerasan, mengapa harus berbicara di dinding toilet? Mengapa tidak bertindak langsung di depan publik?

Dalam paragraf keenam, ada seorang oknum, pasti keparat yang kurang moral, dan dikutuk oleh hampir semua pelanggan setia jasa-jasa toilet, yang bikin ulah menjijikkan. Mulailah ia membaca pesan-pesan di dinding dengan kemarahan yang tersisa dari tragedi yang baru saja terjadi. Ia ambil spidolnya, warna biru, dan segera ikut menulis,

"Ini dia reaksioner brengsek, yang ngebom tanpa dibanjur! Jangan-jangan tak pernah cebok pula. Hey, Kawan, aku memang PKI: Penggemar Komik Indonesia. Kau mau apa, heh?"

Makna dalam tulisan tersebut, terlihat bahwa oknum itu sangat membenci tulisan sebelum nya karena ia menganggap itu menentang kemajuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun