Makna dalam tulisan tersebut, terbaca bahwa bocah itu menginginkan sebuah perubahan entah dalam bidang sosial, politik atau agama, karena tidak tertulis. Jika bocah itu seorang mahasiswa, bisa saja mengarah pada perubahan mengenai uang kuliah tunggal atau mengenai hak nya sebagai mahasiswa. Namun perubahan yang ia inginkan tidak tercapai alias gagal total dan bocah itu menginginkan tuntasan revolusi demokratik atau dalam artian perubahan ketatanegaraan yang dilakukan secara kekerasan.
Dalam paragraf kedua menceritakan seorang yang  bocah sudah menyerbu toilet yang terdapat persis di bawah tangga. Ia punya sedikit kelainan dengan salurannya: tampaknya beser. Dengan sebuah pena, ia membuat tanda panah dari kalimat yang terbaca, dan menulis, membalas,
"Jangan memprovokasi! Revolusi tak menyelesaikan masalah. Bangsa kita mencintai kedamaian. Mari melakukan perubahan secara bertahap"
Makna dalam tulisan tersebut, terbaca bahwa bocah itu tidak ingin memprovokasi atau membangkitkan kemarahan seseorang atau oknum, jadi melakukan perubahan dengan kekerasan itu tidak akan menyelesaikan masalah karena bangsa Indonesia mencintai kedamaian, ia menyarankan untuk melakukan perubahan secara bertahap.
Â
Dalam paragraf ketiga menceritakan seorang gadis tomboi yang konon suka bertualang .Seperti kebanyakan konsumen toilet, ia tertarik dengan coretan di dinding, dan tergoda untuk ikut berkomentar pula. Dicarinya spidol di tasnya, tapi ia hanya menemukan lipstik. Maka menulislah ia dengan lipstik setelah membuat tanda panah,
"Kau pasti antek tentara! Antek orde baru! Feodal, borjuis, reaksioner gobl*k! Omong-kosong reformasi, persiapkan revolusi!"
Mari kita lihat dengan seksama kata-kata dalam tulisan  gadis itu. Antek diartikan sebagai pengikut  atau budak, feodal diartikan sebagai masyarakat yang dikuasai oleh kaum bangsawan, borjuis diartikan sebagai masyarakat kelas atas (biasanya dipertentangkan dengan rakyat jelata, reaksioner diartikan sebagai menentang kemajuan.  Dapat di simpulkan bahwa gadis itu tidak menyukai tulisan yang di tulis oleh bocah sebelum nya, yang di mana isi nya menyarankan untuk melakukan perubahan secara bertahap, namun gadis itu tidak menyukai nya dan tetap ingin melakukan perubahan dengan kekerasan.
Â
Dalam paragraf ketiga menceritakan seorang anak yang lain masuk. Â sambil menikmati buang air besar nya , si bocah mulai membacai tiga kalimat yang tertulis di dinding. Ia tersenyum dengan tulisan terakhir, dan membayangkan gadis macam apa yang menuliskannya. Setelah cebok, ia pun mengambil pena dan ikut berkomentar dengan penuh gairah,
"Hai, Gadis! Aku suka gadis revolusioner. Mau kencan denganku?"