Mohon tunggu...
zaman aji
zaman aji Mohon Tunggu... -

Aktifis Pergerakan Buruh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Haruskah "Perdagangan Bebas?"

7 Desember 2010   22:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:55 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ADA ALTERNATIF LAIN
(DILUAR SISTEM KAPITALISME DAN PERDAGANGAN BEBAS ALA KAPITALIS)

Oleh : Budi Wardoyo

Pengantar

Sebagai kelanjutan dari kesepakatan perdagangan bebas 10 negara-negara ASEAN dengan CHINA yang telah ditandatangani pada tanggal 4 november 2002 di Phnom Phen-Kamboja- yang secara bertahap akan menurunkan bea masuk—hingga 0 %--semua barang dan jasa yang beredar di Kawasan ASEAN dan CHINA akan dibebaskan bea masuk, maka pada tanggal 1 januari 2010, sebanyak 7.881 pos baru akan dibebaskan bea masuknya.

Sebelumnya, baik sesama negara ASEAN—melalui AEC (ASEAN Economic Community) yang memayungi semua perjanjian perdagangan bebas ASEAN, dimana di dalamnya ada AFTA yang sekarang menjadi ATIGA (ASEAN Trade in Goods Agreement), AFAS (ASEAN Framework Agreement on Services)—maupun ACFTA (Asean China Free Trade Agreement), pos bea masuk yang dibebaskan jauh lebih banyak, bahkan dengan tambahan 7.881 pos baru yang dibebaskan, total pos tariff yang dibebaskan menjadi 54.457 (lima puluh empat ribu empat ratus lima puluh tujuh) atau 99,11 persen dari arus barang dan jasa di ASEAN.

Dalam sejarahnya FTA China dan ASEAN ( Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) merupakan FTA terbesar yang pernah ada, karena mencakup total populasi yang mencapai 1,9 miliar orang--China sendiri telah menjadi mitra dagang ketiga terbesar ASEAN dengan total nilai perdagangan sebesar 230 miliar dollar AS pada tahun 2008--

Menjadi kehebohan dimana-mana—sekalipun perdagangan bebas ini telah berlangsung lama—karena pada tahun 2010 inilah, ribuan pos bea masuk benar-benar diturunkan hingga 0 %--sebelumnya masih banyak barang dan jasa yang terkena bea masuk hingga 5-10 %, ada sebagian yang terkena bea 12,5 %-- dan menjadi lebih heboh lagi, karena yang dihadapi oleh Indonesia, bukan hanya negara-negara ASEAN saja, melainkan ditambah dengan negara China, yang memilki keunggulan kuantitas dan kualitas produksi jauh di atas Indonesia.

Sebagai gambaran, untuk tekstil, sebelumnya pasar dalam negeri hanya mampu diisi oleh industri tekstil dalam negeri sebanyak 22 %, sementara 78 % adalah produk import—walaupun sebagian dari import ini dilakukan secara ilegal melalui penyelundupan—Dan dengan pembebasan tarif hingga 0 % pada tanggal 1 januari 2010 lalu, bisa dipastikan pasar dalam negeri akan semakin tergerus oleh produk import, sehingga akan banyak pabrik-pabrik tekstil yang tutup/bangkrut.

Seperti yang dinyatakan oleh APINDO Jawa Barat, bahwa potensi PHK di Jawa Barat mencapai 40000 buruh akibat ACFTA— Secara umum di Indonesia pada tahun 2008/2009 saja, sudah 429 pengusaha TPT kolaps dan lebih dari 200 industri di Indonesia yang gulung tikar akibat kalah bersaing dengan China—

Menurut Ketua Umum Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi) Putri K Wardhani ada penurunan penjualan produksi jamu dan kosmetik sekitar 50 persen, bahkan ketika tarif bea masuk masih diberlakukan 5-10 %, apalagi jika tanpa tarif bea masuk.

Belum lagi dampak serupa pada sector-sektor industria lainnya, seperti alas kaki, besi dan baja, elektronik, mebel, sepatu, petrokimia hulu, kaca lembaran, mesin perkakas dan beberapa industria lainnya, sehingga potensi PHK secara keseluruhan menurut APINDO Pusat, bisa mencapai 7,5 juta orang, terutama pada Industri yang orientasi pasarnya adalah pasar dalam negeri dengan teknologi yang rendah—yang berorientasi eksport ke negara Amerika maupun Eropa juga mengalami kendala yang berat, karena harus bersaing juga negara-negara lainnya, belum lagi hambatan non tarif yang sering digunakan oleh sebuah negara untuk melindungi pasar dan industria dalam negerinya—

Perdagangan Bebas Sebagai Strategi Kapitalis Internasional Untuk Menjarah Dunia Ketiga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun