Pada suatu pagi Minggu Wage, saya berkesempatan mengunjungi Pasar Papringan yang terletak di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Pasar unik ini tidak hanya menyajikan suasana pasar tradisional Jawa tempo dulu, tetapi juga memberikan pengalaman berbelanja yang ramah lingkungan.Â
Setibanya di sana, saya segera menukarkan uang saya dengan kepingan bambu yang disebut "pring," yang digunakan sebagai alat pembayaran. Satu keping pring setara dengan 2.000 rupiah, dan saya menukarkan sejumlah uang untuk siap berbelanja di pasar yang luasnya mencapai 2.500 meter persegi ini.
Pesona Pasar Papringan: Kembali ke Masa LampauÂ
Pasar Papringan tidak hanya menawarkan kuliner lezat, tetapi juga pengalaman kembali ke masa lalu. Kawasan ini dirancang mengikuti konsep pasar Jawa zaman dahulu, mulai dari lokasi, mata uang, hingga seragam penjual yang memakai kain lurik.
Pengelola pasar, yang terdiri dari pemuda Dusun Ngadiprono yang tergabung dalam Komunitas Mata Air dan Komunitas Spedagi, bekerja sama untuk mengubah lahan kebun bambu yang dulunya area pembuangan sampah menjadi pasar yang layak dan nyaman.
Pasar ini digelar setiap Minggu Wage dan Minggu Pon dalam penanggalan Jawa, sehingga pengunjung perlu memeriksa jadwal agar tidak kecewa. Jam operasionalnya mulai pukul 6 pagi hingga 12 siang, dan pengunjung dari berbagai daerah, termasuk Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan Magelang, sering kali datang untuk merasakan sensasi pasar tradisional ini.
Kuliner Tradisional dengan Penyajian UnikÂ
Pasar Papringan menawarkan beragam kuliner tradisional Jawa dengan penyajian yang unik dan autentik. Saya langsung menuju ke pedagang soto ayam kampung yang terlihat segar dan lezat. Soto di sini disajikan dalam tempurung kelapa, bukan mangkuk seperti biasanya, memberikan nuansa tradisional yang kental.
Setelah menikmati soto ayam kampung, saya mencoba minuman khas daerah Temanggung, yaitu dawet ayu. Dawet ayu merupakan minuman yang terbuat dari cendol, nangka, dan cincau yang disajikan dengan perpaduan gula merah dan air santan. Kesegaran dan kelezatan minuman ini benar-benar pas di lidah.
Pengalaman Berbelanja Ramah Lingkungan
Suatu hal yang saya lakukan adalah membeli keranjang dari anyaman bambu sebagai wadah belanjaan. Di Pasar Papringan, penggunaan kantong plastik dilarang, sehingga keranjang bambu yang dijual seharga satu pring (2.000 rupiah) menjadi pilihan tepat untuk membawa berbagai barang belanjaan saya nantinya.
 Jajanan Pasar Khas Jawa: Kelezatan yang Menggugah Selera
Setelah menikmati hidangan utama dan minuman segar, saya melanjutkan perjalanan ke area jajanan pasar yang penuh dengan berbagai kudapan tradisional khas Jawa. Aroma manis dan gurih segera menyapa indra penciuman saya, membangkitkan rasa ingin tahu tentang aneka panganan yang dijajakan. Di sini, saya menemukan beberapa makanan tradisional yang memikat hati dan lidah.
Ketan Lupis: Kelezatan Tradisional dari Beras Ketan Ketan
Lupis adalah salah satu jajanan pasar yang sangat populer dan langsung menarik perhatian saya. Makanan ini terbuat dari beras ketan yang dikukus hingga matang, kemudian dibungkus dengan daun pisang berbentuk segitiga atau bulat. Setelah matang, ketan lupis disajikan dengan kelapa parut yang gurih dan siraman gula merah cair yang kental dan manis.Â
Teksturnya yang kenyal dengan perpaduan rasa manis dan gurih membuat ketan lupis menjadi favorit banyak orang. Ketan lupis biasanya dinikmati sebagai camilan pagi atau sore hari, terutama saat menikmati teh atau kopi.
Gemblong Manis: Kenyal dan Manis dengan Cita Rasa Tradisional
Gemblong manis merupakan kudapan lain yang tak kalah lezat. Terbuat dari tepung ketan yang diuleni hingga kalis, kemudian dibentuk bulat atau lonjong dan digoreng hingga kecokelatan. Setelah digoreng, gemblong ini dilapisi dengan gula merah cair yang telah dicairkan dengan sedikit air, sehingga menghasilkan lapisan gula yang keras di permukaan.Â
Tekstur gemblong yang kenyal dengan rasa manis dari gula merah memberikan sensasi berbeda di setiap gigitannya. Gemblong sering kali dijadikan oleh-oleh karena daya tahannya yang cukup lama dan tetap enak meski disimpan beberapa hari.
Cucur: Kue Tradisional dengan Rasa Manis yang Khas
Cucur adalah kue tradisional yang juga wajib dicoba. Kue ini terbuat dari adonan tepung beras dan gula merah yang dicampur dengan air hingga konsistensinya pas.Â
Adonan kemudian digoreng dalam minyak panas hingga berbentuk seperti piring kecil dengan pinggiran yang renyah dan bagian tengah yang lebih tebal dan lembut. Kue cucur memiliki rasa manis yang khas dengan aroma gula merah yang menggoda.
Teksturnya yang unik, renyah di luar dan lembut di dalam, membuat kue ini sangat disukai oleh berbagai kalangan.
Wedang Pring: Minuman Hangat yang MenyegarkanÂ
Selain aneka jajanan, Pasar Papringan juga menawarkan minuman khas yang tak boleh dilewatkan, yaitu wedang pring. Minuman ini terbuat dari rebusan jahe, serai, dan gula merah. Beberapa penjual juga menambahkan kayu manis atau cengkeh untuk menambah aroma dan rasa.Â
Wedang pring disajikan hangat, memberikan kehangatan dan kenyamanan, terutama di pagi hari yang sejuk di tengah kebun bambu. Minuman ini tidak hanya menyegarkan tetapi juga memiliki khasiat kesehatan, seperti menghangatkan tubuh dan meningkatkan sirkulasi darah.
Kelezatan Lain yang Tak Terlewatkan
Selain ketan lupis, gemblong manis, cucur, dan wedang pring, Pasar Papringan masih memiliki banyak jajanan khas lainnya yang menggugah selera. Beberapa di antaranya adalah:
- Mendut: Kue tradisional yang terbuat dari tepung ketan dengan isian kelapa parut yang dimasak dengan gula merah, dibungkus dengan daun pisang.
- Glanggem:Â Makanan dari tepung ketan dan kelapa parut yang dibentuk seperti bola kecil, kemudian direbus dan disajikan dengan taburan kelapa parut.
- Jenang:Â Jenis bubur manis yang terbuat dari tepung ketan dan gula merah, memiliki tekstur yang lembut dan rasa yang manis legit.
- Srowol:Â Kudapan manis yang terbuat dari tepung ketan yang dikukus dan disajikan dengan kelapa parut.
- Kimpul Kukus:Â Makanan dari umbi kimpul yang dikukus dan disajikan dengan kelapa parut dan sedikit gula.
Menjelajahi area jajanan Pasar Papringan memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Setiap makanan yang saya cicipi tidak hanya menawarkan kelezatan, tetapi juga membawa saya lebih dekat dengan budaya dan tradisi kuliner Jawa.Â
Keunikan penyajian dan rasa autentik dari setiap jajanan membuat kunjungan saya ke Pasar Papringan menjadi lebih bermakna.Â
Bagi para pecinta kuliner tradisional, pasar ini adalah surga yang menawarkan berbagai hidangan khas dengan cita rasa yang otentik.
Kerajinan dan Produk LokalÂ
Selain kuliner, Pasar Papringan juga menawarkan berbagai kerajinan bambu dan hasil pertanian lokal. Berbagai produk souvenir dari bambu, sayur-mayur segar, hingga hewan ternak seperti kambing dan kelinci dijual di sini.Â
Penataan lapak, tempat duduk, dan area parkir semuanya menggunakan bahan dari bambu, menambah kesan alami dan tradisional pasar ini.
Fasilitas dan RuteÂ
Pasar Papringan juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas, termasuk area permainan anak-anak, perpustakaan mini, musala, hingga homestay di rumah warga Ngadiprono. Rute menuju pasar ini cukup mudah, hanya sekitar 30 menit dari alun-alun Kota Temanggung ke arah jalan raya Parakan-Kedu.
Rute ini sering dilalui oleh mereka yang bepergian ke Solo, Magelang, atau Wonosobo melalui jalur tengah.
PenutupÂ
Pasar Papringan Temanggung bukan hanya sekedar pasar tradisional, tetapi juga sebuah destinasi wisata yang menggabungkan wisata dan budaya.Â
Dengan suasana yang asri di tengah kebun bambu, beragam kuliner dan kerajinan tradisional, serta konsep pasar Jawa tempo dulu, Pasar Papringan menjadi pilihan tepat untuk merasakan keindahan dan kekayaan budaya Indonesia.Â
Jadi, kapan lagi Anda bisa merasakan sensasi kembali ke era pasar Jawa tempo dulu sambil menikmati liburan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H