Mohon tunggu...
Zalfa Farid
Zalfa Farid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030066)

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030066)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Puro Pakualaman: Keraton "Kecil" Yogyakarta

23 April 2021   17:18 Diperbarui: 23 April 2021   17:21 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Museum Puro Pakulaman sendiri terbagi dalam 3 ruangan. Pada  ruangan pertama kita akan dikenalkan dengan daftar silsilah keluarga Paku Alam. Di ruang ini juga disimpan dokumen perjanjian politik bersama Inggris dan Belanda. Serta foto Paku Alam I juga terpajang didalam ruangan ini.

Koleksi yang tersimpan di ruangan kedua diantarannya seperti peralatan dan perlengkapan yang pernah digunakan Paku Alam dan keluargannya pada masa kejayaan Puro Pakualaman. Koleksi peninggalan tersebut diantarannya seperti pakaian Pangeran Adipati Paku Alam hingga pakaian prajurit dan abdi dalem Puro Pakualaman. Sedangkan dalam ruangan ketiga terpajang beberapa koleksi kereta kuda.

Sama seperti Keraton Kesultan Yogyakarta, Puro Pakualaman juga rutin menyelenggarakan seremoni kebudayaan Jawa. Salah satunya seperti grebeg gunungan yang diadakan 3x dalam setahun. Yaitu pada perayaan Maulid Nabi, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Mas Lurah Jogo Sarono mengatakan bahwa sebelum Covid-19, Puro Pakualaman sering mengadakan kegiatan latihan menari tradisional. "Dulu itu ada latihan nari, tari tradisional setiap hari senin sore atau kamis sore. Buat umum, siapa yang mau silahkan. Tapi biasanya yang ikut ya cuma anak-anak belakang Puro. Ada juga khusus latihan nari buat abdi dalem, namanya abdi dalem bedhaya".

Namun, sangat disayangkan akibat pandemi Covid-19 aktivitas pengunjung maupun aktivitas rutin Puro Pakulaman mulai dihentikan oleh pihak Keraton hingga kini. "ya, karna pandemi sementara ditutup, cuma ini juga pas kebetulan sedang ada perbaikan" begitu penuturan salah seorang abdi dalem Puro Pakualaman tersebut.

Jadi, selain faktor pandemi, hal ini juga dikarenakan adanya proses rehabilitasi bangunan Puro Pakualaman. Oleh karena itu, Regol Wiwara Kusumo yang merupakan gerbang pintu masuk kompleks Puro Pakualaman pun harus ditutup dan selalu dijaga ketat oleh para abdi dalem Puro Pakualaman.

Gimana, berminat nggak berkunjung ke Puro Pakualaman setelah pandemi ?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun