Oleh: Zalfa Apriliandhani
Indonesia mempunyai dua bahasa isyarat yang kerap kali digunakan oleh kelompok penyandang disabilitas tunarungu, yaitu SIBI dan BISINDO. Apa itu SIBI dan BISINDO? Mungkin dari kalian masih banyak yang belum mengetahui apa itu SIBI dan BISINDO.
Dikutip dari website Kamus SIBI, Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) adalah sistem bahasa isyarat yang digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Luar Biasa (SLB), sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan kata lain, SIBI merupakan sistem bahasa isyarat yang dinormalisasi dan distandarkan sesuai dengan tata bahasa nasional, yang kemudian dibakukan melalui SLB sebagai media pembelajaran.
Sedangkan menurut website Pusat BISINDO, Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) adalah cara komunikasi alamiah dari kelompok Tunarungu yang kemudian berkembang melalui pengamatan dan penelitian. BISINDO muncul secara alami sesuai dengan budaya tunarungu di daerah masing-masing.
Berikut merupakan isyarat huruf abjad antara SIBI dan BISINDO
Sumber:Lalu, manakah diantara keduanya yang lebih memudahkan kelompok Tunarungu dalam berkomunikasi? Simak perbedaan keduanya di bawah ini.
Jika dilihat berdasarkan perbedaan diantara keduanya, BISINDO jauh lebih memahami kelompok Tunarungu. SIBI diciptakan oleh orang dengar yang tidak mengalami secara langsung penggunaan bahasa isyarat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak seperti BISINDO yang memang lahir dan tumbuh dari kalangan Tunarungu itu sendiri. Hal inilah yang membuat BISINDO lebih sesuai dengan kemampuan Tunarungu karena memungkinkan mereka mengembangkan bahasa isyarat sesuai dengan imajinasi mereka. BISINDO lahir dari Tuli, digunakan oleh Tuli, untuk Tuli itu sendiri. Berbeda dengan SIBI yang ibaratnya diciptakan oleh “orang asing” diluar kelompok Tunarungu.
Asal kebahasaan SIBI yang merupakan gabungan dari empat isyarat membuat kelompok Tunarungu harus mempelajarinya kembali dari awal yang tentunya akan membutuhkan waktu bagi Tunarungu untuk beradaptasi. Tidak seperti BISINDO yang berkembang sesuai kemampuan berinteraksi mereka. Hal tersebut memungkinkan mereka untuk memperluas dan mengembangkan bahasa isyarat yang digunakan sesuai dengan interaksi serta situasi yang dialami. Ini juga memungkinkan BISINDO mempunyai ciri khas dan keunikan masing-masing di tiap daerah. Hal ini mengartikan bahwa BISINDO dapat berkembang secara alami sesuai dengan kebudayaan di tiap daerah.
Susunan kebahasaan dari SIBI yang mempunyai imbuhan, awalan, dan akhiran sesuai dengan tata kebahasaan Indonesia seringkali menyulitkan mereka dalam berkomunikasi. Penggunaan SIBI sama saja membatasi kemampuan berkembangnya bahasa Tunarungu. Tidak seperti penggunaan BISINDO yang memang sudah terlahir dari internal kelompok Tunarungu sehingga mereka lebih mudah dan terbiasa dengan penggunaannya. Selain itu, penggunaan BISINDO sebagai bahasa isyarat juga lebih banyak dibandingkan penggunaan SIBI. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rohmah Ageng Mursita, dari 100 responden Tunarungu berusia 16 hingga 50 tahun, hanya 9% Tunarungu yang telah menerapkan SIBI dalam berkomunikasi sehari-hari. Sedangkan 91% responden tetap menerapkan BISINDO dalam berkomunikasi.
Selain itu, penggunaan SIBI secara nasional juga berarti menyamakan kemampuan manusia normal yang dapat mendengar dengan kelompok Tunarungu. Tunarungu dipaksa menggunakan bahasa yang digunakan sehari-hari oleh manusia normal. Mereka harus menggunakan imbuhan, awalan, dan akhiran dalam berkomunikasi. Padahal mereka dapat menggunakannya dengan ekspresi dan gerakan tangan yang lebih simple.
Hal-hal tersebutlah yang membuat penggunaan BISINDO dinilai lebih relevan dan memahami penyandang disabilitas Tunarungu.
Referensi:
Gumelar, G., Hafiar, H., & Subekti, P. (2018). Bahasa Isyarat Indonesia Sebagai Budaya Tuli Melalui Pemaknaan Anggota Gerakan Untuk Kesejahteraan Tuna Rungu. Informasi, 48(1), 65. http://dx.doi.org/10.21831/informasi.v48i1.17727
Kamus SIBI. (2020). Kamus SIBI. https://pmpk.kemdikbud.go.id/sibi/
Klobility - BISINDO dan SIBI: Apa Bedanya? (n.d.). Retrieved May 20, 2022, from https://www.klobility.id/post/perbedaan-bisindo-dan-sibi
Kurnia, D. R., & Slamet, T. (2016). MENORMALKAN YANG DIANGGAP “TIDAK NORMAL” (Studi Kasus Penertiban Bahasa Isyarat Tunarungu di Sekolah Luar Biasa [SLB] dan Perlawananya di Kota Malang). Ijds, 3(1), 34–43. http://ijds.ub.ac.id
Mursita, R. A. (2015). Respon Tunarungu Terhadap Penggunaan Sistem Bahasa Isyarat Indonesa (Sibi) Dan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) Dalam Komunikasi. Inklusi, 2(2), 221. https://doi.org/10.14421/ijds.2202
PUSBISINDO | Pusat Bahasa Isyarat Indonesia. (n.d.). Retrieved May 20, 2022, from https://pusbisindo.org/faq
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H