Mohon tunggu...
zalfa apriliandhani
zalfa apriliandhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya

Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya Angkatan 2020

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

SIBI atau BISINDO? Manakah yang Lebih Memahami Disabilitas?

21 Mei 2022   01:19 Diperbarui: 21 Mei 2022   01:25 2967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Zalfa Apriliandhani

Indonesia mempunyai dua bahasa isyarat yang kerap kali digunakan oleh kelompok penyandang disabilitas tunarungu, yaitu SIBI dan BISINDO. Apa itu SIBI dan BISINDO? Mungkin dari kalian masih banyak yang belum mengetahui apa itu SIBI dan BISINDO.

Dikutip dari website Kamus SIBI, Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) adalah sistem bahasa isyarat yang digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Luar Biasa (SLB), sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan kata lain, SIBI merupakan sistem bahasa isyarat yang dinormalisasi dan distandarkan sesuai dengan tata bahasa nasional, yang kemudian dibakukan melalui SLB sebagai media pembelajaran.

Sedangkan menurut website Pusat BISINDO, Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) adalah cara komunikasi alamiah dari kelompok Tunarungu yang kemudian berkembang melalui pengamatan dan penelitian. BISINDO muncul secara alami sesuai dengan budaya tunarungu di daerah masing-masing.

Berikut merupakan isyarat huruf abjad antara SIBI dan BISINDO

Sumber: website klobility
Sumber: website klobility
Sumber: website klobility
Sumber: website klobility
Sumber: website klobility

Lalu, manakah diantara keduanya yang lebih memudahkan kelompok Tunarungu dalam berkomunikasi? Simak perbedaan keduanya di bawah ini.

Image by: Zalfa Apriliandhani
Image by: Zalfa Apriliandhani

Jika dilihat berdasarkan perbedaan diantara keduanya, BISINDO jauh lebih memahami kelompok Tunarungu. SIBI diciptakan oleh orang dengar yang tidak mengalami secara langsung penggunaan bahasa isyarat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak seperti BISINDO yang memang lahir dan tumbuh dari kalangan Tunarungu itu sendiri. Hal inilah yang membuat BISINDO lebih sesuai dengan kemampuan Tunarungu karena memungkinkan mereka mengembangkan bahasa isyarat sesuai dengan imajinasi mereka. BISINDO lahir dari Tuli, digunakan oleh Tuli, untuk Tuli itu sendiri. Berbeda dengan SIBI yang ibaratnya diciptakan oleh “orang asing” diluar kelompok Tunarungu.

Asal kebahasaan SIBI yang merupakan gabungan dari empat isyarat membuat kelompok Tunarungu harus mempelajarinya kembali dari awal yang tentunya akan membutuhkan waktu bagi Tunarungu untuk beradaptasi. Tidak seperti BISINDO yang berkembang sesuai kemampuan berinteraksi mereka. Hal tersebut memungkinkan mereka untuk memperluas  dan mengembangkan bahasa isyarat yang digunakan sesuai dengan interaksi serta situasi yang dialami. Ini juga memungkinkan BISINDO mempunyai ciri khas dan keunikan masing-masing di tiap daerah. Hal ini mengartikan bahwa BISINDO dapat berkembang secara alami sesuai dengan kebudayaan di tiap daerah.

Susunan kebahasaan dari SIBI yang mempunyai imbuhan, awalan, dan akhiran sesuai dengan tata kebahasaan Indonesia seringkali menyulitkan mereka dalam berkomunikasi. Penggunaan SIBI sama saja membatasi kemampuan berkembangnya bahasa Tunarungu. Tidak seperti penggunaan BISINDO yang memang sudah terlahir dari internal kelompok Tunarungu sehingga mereka lebih mudah dan terbiasa dengan penggunaannya. Selain itu, penggunaan BISINDO sebagai bahasa isyarat juga lebih banyak dibandingkan penggunaan SIBI. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rohmah Ageng Mursita, dari 100 responden Tunarungu berusia 16 hingga 50 tahun, hanya 9% Tunarungu yang telah menerapkan SIBI dalam berkomunikasi sehari-hari. Sedangkan 91% responden tetap menerapkan BISINDO dalam berkomunikasi.

Selain itu, penggunaan SIBI secara nasional juga berarti menyamakan kemampuan manusia normal yang dapat mendengar dengan kelompok Tunarungu. Tunarungu dipaksa menggunakan bahasa yang digunakan sehari-hari oleh manusia normal. Mereka harus menggunakan imbuhan, awalan, dan akhiran dalam berkomunikasi. Padahal mereka dapat menggunakannya dengan ekspresi dan gerakan tangan yang lebih simple.

Hal-hal tersebutlah yang membuat penggunaan BISINDO dinilai lebih relevan dan memahami penyandang disabilitas Tunarungu.

Referensi:
Gumelar, G., Hafiar, H., & Subekti, P. (2018). Bahasa Isyarat Indonesia Sebagai Budaya Tuli Melalui Pemaknaan Anggota Gerakan Untuk Kesejahteraan Tuna Rungu. Informasi, 48(1), 65. http://dx.doi.org/10.21831/informasi.v48i1.17727
Kamus SIBI. (2020). Kamus SIBI. https://pmpk.kemdikbud.go.id/sibi/
Klobility - BISINDO dan SIBI: Apa Bedanya? (n.d.). Retrieved May 20, 2022, from https://www.klobility.id/post/perbedaan-bisindo-dan-sibi
Kurnia, D. R., & Slamet, T. (2016). MENORMALKAN YANG DIANGGAP “TIDAK NORMAL” (Studi Kasus Penertiban Bahasa Isyarat Tunarungu di Sekolah Luar Biasa [SLB] dan Perlawananya di Kota Malang). Ijds, 3(1), 34–43. http://ijds.ub.ac.id
Mursita, R. A. (2015). Respon Tunarungu Terhadap Penggunaan Sistem Bahasa Isyarat Indonesa (Sibi) Dan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) Dalam Komunikasi. Inklusi, 2(2), 221. https://doi.org/10.14421/ijds.2202
PUSBISINDO | Pusat Bahasa Isyarat Indonesia. (n.d.). Retrieved May 20, 2022, from https://pusbisindo.org/faq

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun