"Ini tidak berlaku, jika ada perempuan yang lagi datang..."
"Ajak dan bujuk biar hadir!"
"Bagaimana dengan warga kita yang bukan..."
"Bantu jaga!"
"Tapi..."
"Tak ada tapi-tapian! Dengar isbatku tadi, kan? Semua warga! Yang tidak salat, tugasnya menjaga!"
Tiga pertanyaan beruntun terpangkas jawaban lugas. Engkong seperti penembak jitu Agaknya, ruh aktivis semasa kuliah yang sempat lama padam, menyala lagi.
Pos ronda kembali sunyi. Semua peserta rapat, memilih tak usah berbunyi.
"Kecuali tanaman dan hewan peliharaan. Itu pun karena tak tertera di kartu keluarga, kan?!"
Lagi. Suara Engkong bergema. Kali ini, dihiasi notasi tawa.
Bak gerbong panjang yang memuat para pemudik di Stasiun Senen, tigabelas jenis tawa berbeda, serta merta memenuhi rongga kosong yang disisakan udara.
"Tak usah lagi berdebat tentang isbat di atas isbat! Mari buktikan dengan pelaksanaan. Jika Markun GS is The Best! "
Begitulah! Rapat darurat menyikapi sidang isbat, berakhir dengan cepat.
***
Seperti pagi kemarin. Hari ini hanya tiga puluh menit, Gang Sapi dikuasai sepi. Alasannya jelas. Semua warga berhimpun di sekitar mushalla yang terletak di ujung gang.
Pun, seperti pagi kemarin. Sebagian warga berada di dalam mushalla, melaksanakan salat Id. Sebagian lain, yang kemarin sudah melaksanakan salat id, bergantian bertugas memantau kenyamanan jamaah.
Hal ini adalah solusi paling serasi, merujuk hasil isbat rapat darurat Majelis Rukun Gang Sapi. Tentu saja harus dipatuhi.