Tapi hari ini, pos ronda Gang Sapi sepi.
***
Biasanya selama bulan ramadan, pos ronda tak hanya diisi oleh Engkong dan tiga sekawan itu. Ayahku, juga beberapa orang yang aku tak tahu namanya, sering ikut meramaikan duduk-duduk.
Tentu saja, mendengarkan beragam cerita sambil sambil menunggu bunyi beduk dari musalla sebagai tanda berbuka. Termasuk tadi sore kemarin.
Dan, aku masih mengingat lekat percakapan yang tak akan pernah kulupakan, saat menemani Ayahku duduk di pos ronda tadi.
"Sudah kuputuskan! Tahun depan, aku tak lagi berternak sapi!"
Dan, seperti biasa, Engkong lebih dulu memulai percakapan. Awalnya, tiga sekawan itu diam membisu. Termasuk, Aku dan Ayahku.
"Kenapa? Masih ada yang protes tentang aroma kandang sapi itu? Siapa orangnya? Biar nanti aku..."
Suara Om Kape yang asli Makassar terdengar, seperti suara petir yang menggelegar. Kulihat, segaris senyum di bibir Engkong, sambil gelengkan kepala.
"Bukannya pasaran harga sapi bagus? Apalagi sapi Engkong jenis lamborghini, kan?"
Pakde Rud yang pengusaha kuliner, dan sangat tahu pergerakan harga jual sapi jenis lamborghini, juga ikut heran dengan keputusan Engkong.