"Hampir Desember, Mas!"
Kalimatmu mengusik tatapanku pada butiran hujan di halaman. Mataku menikmati lukisan sempurna yang dititipkan Tuhan. Wajahmu.
"Kenapa?"
Tanpa jawaban. Kau memilih meraih gelas di atas meja. Mataku menjadi saksi, regukan terakhir dari dasar gelas, perlahan lesap di tenggorokanmu.
"Mas ingat, berapa Desember yang sudah kita lalui bersama?"
"Hah?"
Sepertinya, kau sudah lebih dulu tahu reaksiku, ketika kau ajukan pertanyaan itu.
Tak lagi menunggu, kau berlalu melintasi pintu ruang tamu. Meninggalkan aku. Juga bisu yang tiba-tiba bertamu.
***
"Cantik!"
Langkahmu terhenti persis di pintu ruang tamu. Tanpa aba-aba, satu kata itu mencelat dari mulutku.