Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ketika Aku Menulis tentang Hantu

15 Juli 2022   18:31 Diperbarui: 15 Juli 2022   19:40 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: pixabay.com

Sejak tadi hening memeluk sunyi. Tak lagi bersisa denting hujan di langit-langit kamar, yang gelap dan pengap. Tabir jendela dikuak desir angin, mengabarkan akhir senja. Udara dingin tak sungkan menemani. Menyusup masuk menjalari setiap lubang pori-pori.

Mataku menerawang keluar jendela. Kabut sudah menyesak gerbang malam. Anganku tergesa memetik satu, atau dua kata sebagai bahan meracik kalimat pembuka cerita.

Aha! Terburu, kuraih secarik kertas. Tapi tak kutemukan pena.

Aku lupa! Sepotong pensil sepanjang jari kelingking, sedari tadi terselip di daun telinga. Tergesa, kutulis kata "HANTU".

Ajaib! Baru selesai di lekuk terakhir huruf U. Tulisan kata hantu itu, menguap seperti asap rokokku. Aku terkejut!

Genggaman jemariku segera mencengkram erat potongan pensil di tangan kananku. Bersiap dan berjaga. Setidaknya bisa kujadikan senjata, jika terjadi hal yang tak terduga.

Benar saja! Tak berhenti di situ. Perlahan, kabut putih di hadapku membentuk satu wujud. Tapi bentuk itu agaknya belum usai, ketika kudengar bisikan lirih.

"Kau memanggilku?"
"Hah!"
"Di mana kau temukan pensil itu?"
"Kau siapa?"
"Jawab tanyaku!"
"Apa urusanmu?"
"Jawab saja!"
"Jangan pernah coba-coba mengaturku. Jika..."
"Kau? Bukankah kau..."
***

Seperti malam kemarin. Kuraih pensil yang tergeletak di atas meja. Malam ini, kamarku pun kembali kelam.

Kubiarkan embusan udara dingin, menyapu leher belakangku, dari sela-sela tirai jendela yang setengah terbuka. Tatapan mataku singgah pada lima huruf yang kemarin kutulis pada secarik kertas. "HANTU".

Namun, tak seperti kemarin. Tiba-tiba dan tanpa aba-aba, segumpal kabut putih telah berada di hadapanku.

Perlahan, gumpalan itu membentuk bayangan yang bergerak ringan. Dan, segera melayang ke semua penjuru ruangan yang pengap dipenuhi asap.

"Siapa kau sebenarnya?"

Liang telingaku menangkap getar suara yang sama. Nada lirih yang sama. Namun, dari sumber suara dengan wujud yang berbeda. Kali ini, bayangan itu sudah berada di sebelah tirai jendela.

"Kenapa kau kembali?"
"Jawab saja pertanyaanku!"
"Tentang aku? Tak perlu kau tahu!"
"Bagaimana dengan pensil?"
"Kenapa?"
"Di mana kau dapatkan benda itu?"

Tekanan nada suara yang dalam. Tak lagi lirih seperti tadi, atau kemarin malam. Kulihat bayangan itu bergerak cepat nyaris melesat mendekat ke arahku.

Kurasakan dadaku sesak, tapi lidahku tersekat dan aku tak mampu berteriak. Tubuhku gemetar. Tangan kananku bergetar hebat, hingga mematahkan benda kecil yang sejak tadi berada di genggamanku. 

Dalam sekejap, bayangan itu lenyap. Terhisap patahan pensil yang berserakan di atas meja.

Kunyalakan puntung rokokku. Isi kepalaku dijejali satu pertanyaan: Jika bayangan itu adalah wujud rupa hantu, apakah mungkin takut pada patahan pensil?
***

"Ayah sudah bangun?"

Suara riang gadis kecil di sisi ranjang, menyapa awal pagiku. Kemudian disusul satu pelukan erat dari tubuh mungilnya. Itu adalah pertanda lelap tidurnya.

"Hayuk berangkat sekolah, Yah!"

Sepasang tangan bocah kelas nol besar Taman Kanak-kanak itu dengan lembut merengkuh lengan kananku. Mencoba menarik tubuhku agar bangkit dari tempat tidur.

"Hayuk! Tapi, Ayah cuci muka dulu!"

Sekilas kulirik jam yang terpaku di dinding kamar. Nyaris setengah delapan! Akupun segera menghilang ke kamar mandi.

Kukira tak butuh waktu lama. Namun, kurasakan suasana kamar tidurku tiba-tiba berubah.

Satu wajah beku menyambutku dari balik pintu. Tangan kanan gadis kecilku telah menggenggam sepotong pensil sepanjang jari kelingking. Dan, tangan kirinya mengajukan secarik kertas yang dipenuhi tulisan. Tentu saja itu tulisanku.

"Kenapa Ayah gunakan pensilku untuk menulis tentang hantu?"

Curup, 15.07.2022
zaldychan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun