Kulihat tangan kecil itu terayun lamban. Namun, mata gergaji bergerak liar di antara garis hitam pensil pada potongan kayu. Sebelum terlepas dan berjatuhan di lantai rumah, seiring jeritan anakku.
"Aduh!"
Terkesiap, mataku melihat warna merah darah di tangan kiri anakku. Spontan, kuraih jempol mungil tangan kiri anakku, segera kumasukkan ke mulutku. Rasa asin sesaat menguasai lidahku. Tak lagi ada suara.
"Masih sakit?"
"Sedikit."
"Masih mau bantu Ayah?"
Anggukan pelan tanpa ragu dihadirkan sosok kecil di hadapku. Kuraih potongan kayu dan gergaji yang tergeletak di lantai.
"Lihat cara Ayah dulu, ya?"
Ah, ingin rasanya melontarkan tiruan kalimat ayahku puluhan tahun lalu; "Kau anggap gampang menggunakan gergaji?"
***
Seperti narapidana yang baru bebas dari sel isolasi, sepasang anak ayam sibuk berlarian di dalam kandang baru, berbahan kayu dan bilah bambu, berukuran satu meter persegi. Sesosok tubuh mungil memilih diam dengan tatapan mata tajam mengamati kejadian di dalam kandang.