Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pukul Dua Dini Hari

21 Agustus 2021   18:14 Diperbarui: 21 Agustus 2021   18:16 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by pixabay.com

Pukul dua dini hari.

Seorang perempuan muda, tergesa menyibak secarik kain panjang yang disebut selimut. Meraih sepotong penutup tubuh yang kusut dan semrawut. Mengabaikan udara kamar yang berkabut. Ampas dari mulut lelaki yang baru saja pergi tanpa rasa takut.

"Minggu depan, Aku datang lagi!"

Perempuan muda itu becermin memintal rambut. Berdamai dengan abu jiwa yang kecut. Matanya menatap dua lembar seratus ribu, yang tersimpan di bawah bantal bercorak kelopak bunga sepatu. Tersenyum, mengingat ulang satu pinta dalam tangis, "Mak, kuota habis!"

Pukul dua dini hari.

Di tepi ranjang, seorang perempuan berbaring miring. Menyumpalkan sebelah dada pada mulut mungil yang tak henti berteriak memecah hening. Menunda sisa letih demi buah hati yang enggan disapih. Menghitung jejak perjalanan hari. Mengeja janji suami sebelum pergi.

"Minggu depan, Aku kembali!"

Perempuan itu menatap satu pigura di dinding kamar. Senyuman di potret itu terlihat samar. Tak akan pernah lagi bersinar. Pagi tadi, janji pulang bersama sebuah peti. ia tak akan melupakan kata isolasi. "Bukan hanya merpati. Elangku tak pernah ingkar janji. Ia telah kembali. Tapi, mati!"

Pukul dua dini hari.

Di hamparan sehelai sajadah, seorang perempuan tua menuang resah. Menyusun satu persatu nama yang terkurung usia. Memungut ulang wajah-wajah lucu yang ditelan senja. Dan, tersedak pahit meniti hari yang menyisakan rasa sakit.

"Maafkan Aku!"

Ruang-ruang bisu menjadi ruang tunggu. Waktu-waktu berlalu menjadi waktu tunggu. Berharap kuasa menghentikan laju masa. Tak ingin lagi bertambah usia. Namun harap tersekat pada titipan asa, "doakan Aku!"

Pukul dua dini hari.

Seorang perempuan paruh baya terpaku di pinggir jalan. Bukan menghentikan lalu lalang kendaraan, atau menghitung anak jalanan dan gelandangan. Tapi menawarkan sebuah ilustrasi, terbang bukan lagi ilusi.

Wah!

Curup, 21.08.2021
Zaldy Chan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun