Pernah mendengar pasangan yang mengaku saling mencintai? Setelah sekian tahun menjalin hubungan, akhirnya putus? Muara jawaban paling simpel, "Belum jodoh!"
Apa yang salah dengan jodoh? Asumsiku, bisa saja pada awalnya, mereka memiliki rasa yang lekat dan asa yang pekat. Namun, seiring waktu, ada rasa yang memudar. Atau malah asa yang perlahan mengabur. Akhirnya, cinta apalagi jodoh, diam-diam terkubur.
Kasus lain? Pasangan yang telah menikah sekian tahun, memiliki sekian anak, kemudian memutuskan bercerai? Alasan sederhana yang biasa didapatkan, adalah "Tak ada lagi kecocokan!"
Apakah mereka tak berjodoh? Apatah jodoh hanya sebatas jenjang pernikahan? Kukira tak segaris batas itu, tah?
Kemungkinannya? Sama seperti pasangan di awal tadi. Ketika rasa, katakanlah rasa sayang, sudah mulai nirmakna. Atau, harapan-harapan saat mengayuh biduk pernikahan berujung hampa. Pada situasi seperti itu, tak lagi ada kata cinta.
Sebab, cinta akan berwujud jika ada akumulasi rasa juga asa. Dan, kekuatan doa menjadi pengikatnya.
Jika selesai urusan rasa dan asa, maka jenjang berikutnya adalah mengikat jodoh. Sebagai tamsilan, kupilih Ukuran Segelas Air Minum.
Sekali lagi, bukan rumus rahasia. Ini adalah caraku mengukur kebutuhan dan kemampuan seseorang terhadap calon pasangannya. Dan, itu berlaku pada kedua belah pihak.
Pertama, Tahu Kebutuhan dan Kemampuan.
Aku tidak berbicara tentang keinginan. Tapi kebutuhan. Sebab, ini berkaitan dengan kemampuan pemenuhan kebutuhan calon pasangan.