Pasti ada alasan khusus, jika ada nama atau kisah seseorang termaktub di dalam kitab suci Alqur'an, kan?
Dalam sejarah Islam, Zaid bin Haritsah menjadi satu-satunya nama yang disebut secara eksplisit di dalam alquran.
Mengutip Wikipedia. Org. Zaid kecil adalah tawanan sekelompok penjahat yang kemudian menjualnya sebagai Budak. Ia dibeli oleh keponakan Khadijah. Setelah menikah dengan Rasulullah, Zaid dihadiahkan Khadijah kepada nabi, untuk membantu berniaga.
Terus, apa keistimewaan Zaid sebagai bekas budak, sehingga ada dua ayat khusus yang diturunkan mengenai dirinya?
Aku sarikan dari berbagai sumber termasuk tilikan hasil penelusuran di Mbah Gugel, dengan kata kunci "Kisah Zaid bin Haritsah".
Pada awal kerasulan, Zaid menjadi "perwakilan" budak sebagai golongan pertama yang masuk Islam. Dikenal dengan istilah Assabiqun Awwalun. Ada nama-nama mulia yang termasuk pada golongan pertama ini.
Khadijah sebagai istri nabi, Kemudian Ali bin Abi Thalib, sepupu Rasulullah yang masih berusia 10 tahun, kemudian Abu Bakar Siddiq, pemuka suku quraisy sekaligus orang terpandang di kota Mekkah.
Baru kemudian Zaid bin Haritsah bekas budak, serta Ummu Aiman, pengasuh nabi. Setelah itu, Abu bakar berhasil mengajak Ustman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurahman bin Auf, Saad bin Abi Waqas serta Thalhah bin Ubaidillah.
Ada 40 orang yang disebut golongan Assabiqun Awwalun. Termasuk di dalamnya Aisyah binti Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Menurut hadis mutawatir yang diriwayatkan Bukhari, golongan ini adalah jaminan surga. Hal ini juga  termatub dalam QS. At-taubah:9.
Â
Kedua. Dari Bekas Budak menjadi Anak Angkat Rasulullah.
Pada alur sejarahnya, Setelah dimerdekakan, kemudian Zaid diangkat sebagai anak oleh Rasulullah. Â Dan ia menyebut dirinya dengan sapaan Zaid bin Muhammad.
Akibat Penyebutan nama Muhammad sebagai Ayah dari zaid bin Haritsah itu, maka turun wahyu pada QS. Al-Ahzab:5. Yang menerangkan bahwa anak angkat tetap harus dipanggil dengan nama ayah kandungnya. Bukan nama ayah angkatnya.
"Aku Zaid bin Haritsah!" Ujar Zaid.
Â
Turunnya ayat ini, menetapkan hokum syariat, bahwa Islam melarang mengganti atau menggunakan nama ayah angkat di belakang nama seseorang anak angkat yang bikan nama  ayah kandung.
Tak hanya berkaitan erat dengan hak sebagai ahli waris dan harta warisan. Ayat itu pun menjelaskan kemuliaan seorang anak angkat di dalam Islam. Dengan menjaga kehormatan Zaid tetap berada dalam garis keturunan berdasarkan nasab (sedarah).
Ketiga. Mengikuti Nabi Hijrah ke Madinah dan Menemui Syahid sebagai Panglima Perang.
Zaid tak hanya sebagai sahabat yang bekas budak dan dimerdekakan oleh Rasulullah. Namun juga pelayan dan pendamping ke mana pun nabi pergi.
Termasuk menemani nabi Hijrah dari Mekkah ke Madinah, usai pemuka suku quraisy di kota Mekkah menebarkan ancaman pembunuhan bagi pemeluk Islam. Tak hanya itu, Zaid membela Islam dalam peperangan Badar.
Hingga kemudian menemui syahid saat menjadi Panglima pada Perang Mu'tah pada tahun keenam hijrah, pada usia 55 tahun.
Setelah Zaid meninggal. Allah memerintahkan Rasul menikahi Zainab, janda Zaid. Padahal, tradisi bangsa Arab saat itu, ada larangan menikahi mantan istri (janda) dari anak angkat. Maka turunlah QS. Al-Ahzab: 37.
Pada ayat tersebut, dinyatakan tak ada keberatan bagi orang mukmin untuk menikahi istri-istri dari anak angkat mereka. Setelah anak angkat tersebut "menyelesaikan keperluannya" terhadap istrinya.
Sebagian ahli tafsir memaknai, kalimat menyelesaikan keperluannya ini adalah berpisah. Baik karena perceraian atau kematian. Â
Zaid bin Haritsah. Tak hanya tentang ketaatannya kepada rasulullah. Hingga menjadi golongan orang pertama memberikan kesaksian terhadap kerasulan nabi.
Zaid juga mengorbankan nyawanya, sebagai syahid dalam masa awal penyebaran agama islam. Keberanian itu dibuktikan ketika menjadi Panglima pasukan islam dan Perang Mu'tah. HIngga menemui ajalnya.
Terakhir, nama Zaid bin Haritsah tercatat di dalam Alquran. Keistimewaan yang tak dimiliki sahabat terdekat semisal Khulafaurrasyidin. Seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan hingga sepupu nabi sendiri, Yaitu  Ali bin Abi Thalib.
.
Demikianlah, sari kisah dari salah satu kisah sahabat nabi. Semoga bermanfaat.
Salam.
Curup, 03.05.2021
[ditulis Untuk Kompasiana]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H