Hari ini, anak-anak ingin berbuka di rumah budenya. Karena aku ada kelas menulis, jadi sejak sesudah zuhur kuantarkan anak-anak. Dan pulang 30 menit sebelum waktu berbuka.
"Ayah! Uni sukses bikin Piscok!"
"Wah, keren!"
"Kakak buat yang rasa keju, Yah!"
"Mantap, Nak!"
Begitulah rebutan laporan dari kedua anakku, mereka antusias menyambutku di depan pintu rumah Bude. Kedua tanganku ditarik menuju meja. Tujuannya? Apalagi, jika bukan memamerkan hasil racikan masing-masing.
"Menu berbuka hari ini, serba pisang, Yah!"
"Lah? Ayah bawa semangka, Nakdis!"
"Tinggal masukkan ke dalam es buah campur sari, Yah!"
Jadi. Sesuai tema hari ini, menu tak biasa saat berbuka. Kali ini, aku tulis saja 3 menu berbuka serba pisang yang ala anakku, ya? Tentu saja dibantu oleh Bude mereka. Nama menunya juga karangan anak-anakku. Haha...
Alasan memberi nama ini, menurut anak gadis kelas 7 SMP itu, karena membuatnya gak ribet. Mudah dan tak butuh waktu lama.
Bahannya? Pisang, Adonan tepung yang dimasak seperti kulit lumpia, Coklat (Karena butuh waktu membeli di pasar, oleh anaku diganti susu kental manis rasa coklat). Kemudian minyak goreng.
Cara membuatnya? Pisang dipotong dua.bisa juga dibelah dua, sesuai selera. Kemudian dicelupkan ke dalam susu kental manis. Dibungkus dan digulung rapat memanjang dengan kulit lumpia agar tidak lumer. Terus digoreng maksimal 10 menit dengan api sedang.
"Kan, tak pakai karamel, Yah! Tapi nanti terlalu manis. Bakal eneg!"
Uni Tya, Master Chef of The Day menjelaskan. Saat kubilang, kalau warna piscoknya berbeda dengan yang biasa dibuat. Yo  wes, tugasku hanya mendengarkan dan melontarkan pujian, tah?
JIka Anak gadisku sempat pusing dengan nama. Hal berbeda terjadi pada anak lelakiku yang duduk di kelas 5 SD. Karena tak mau pusing, nama masakannya cukup disesuaikan dengan bahannya saja.
Bahannya? Hampir sama seperti Piscok Anti Ribet milik kakak perempuannya. Pisang, Adonan tepung yang dijerang seperti kulit lumpia. Yang berbeda, Coklat diganti dengan keju yang sudah diparut, dan minyak goreng.
Cara membuatnya? Pisang diiris tipis sesuai selera. Ditaburi parutan keju. Kemudian dibungkus dan dilipat persegi panjang, seperti membuat kroket. Kemudian digoreng dengan api sedang. Antara 5 hingga 10 menit dengan api sedang.
"Lah? Kenapa kejunya gak ditabur sesudah digoreng, Kak? Biar pisangnya krispi?"
"Biar beda, Yah!"
Aih. Aku pun harus pasrah dengan argumentasi anak lelakiku itu. Maksudnya berbeda itu, karena kejunya jadi rahasia. Sebab tak terlihat dari luar. Yo,wes maneh! Tugasku, melakukan pujian! Ahaaay...
Aku gak tahu, kenapa harus ada kata Sari. Pokoke aku setuju, pas melihat menu itu terhidang di meja makan. Benar-benar hasil campuran berbagai bahan. Sehingga daftar bahannya jadi memanjang.
Ada potongan alpukat, agar-agar, cincau, buah kolang-kaling, pisang. Dan terakhir potongan semangka yang baru kubawa. Semua jenis bahan itu, dipotong kecil-kecil. Dimasukkan ke dalam air yang bercampur susu kental manis. Terakhir diberi es batu. Langsung jadi!
"Astaga! Ini nanti rasanya gimana?"
"Campur sari, Yah!"
Aku tak mau berdebat! Saat berbuka, kurasakan menu yang satu ini, benar-benar campur sari. Eh, campur rasa! Satu hal lagi, kecuali pisang dan semangka, bahan lainnya adalah bahan sisa untuk berbuka hari kemarin. Tuh, Ajib, kan?
Jadi? Begitulah! Menu berbuka hari ini menjadi tak biasa, gegara semua makanan menggunakan bahan serba pisang.
"Ada yang tanpa pisang, Nakdis! Makan nasi, gak ada pisangnya, kan?"
"Nanti? Sesudah makan, Ayah pasti makan pisang, kan?"
Satu usaha terakhirku, untuk membantah menu berbuka serba pisang pun digagalkan anak gadisku. Hiks...
Curup, 26.04.2021
[Ditulis untuk Kompasiana]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H