Pengalaman hidup dan lingkungan pergaulan, membentuk watak keras pada kepribadian Bang Iwan. Namun, Jika ada pelanggan yang butuh angin atau ban bocor tapi memang tak memiliki uang. Kata "gratis!" akan meluncur begitu saja. Tarif sepuluh ribu sekali tambal, tak berlaku.
Sangat jarang orang memuji atau menyigi keberadaan ban. Acapkali pujian itu terlontar untuk merek kendaraan keluaran terbaru, kekuatan mesin, keindahan dan beragam asesoris yang melekat. Padahal semua itu tak bermakna jika tanpa ban, atau bannya kempes, kan?
Bang Iwan, terbiasa dihadapkan pada pandangan sebelah mata atas profesinya. Tak hanya bekerja pada cuaca hujan maupun panas, cermat mencari beragam benda penyebab bocor. Juga kalem menjumpai bermacam lagak laku pelanggan yang "Bossy" dan ingin serba cepat.
Keenam. Membantu Mencapai Tujuan.
Pemilik kendaraan, entah mobil, motor, sepeda hingga perusahaan penerbangan, tak akan pernah ke mana-mana tanpa keberadaan ban. Ban menjadi unsur penting untuk membantu mencapai tujuan sebuah perjalanan.
Saat ini, anak tertua Bang Iwan sudah meraih sarjana dan menjadi guru. Anak kedua tahun pertama kuliah. Dua lainnya masih duduk di SD dan SMP. Apa keinginan Bang Iwan untuk anaknya? "Kerjaku memang tukang tambal ban. Tapi, anakku jangan sepertiku!"
Dalam hal tekad dan semangat, aku pribadi banyak belajar dari Bang Iwan. Bersenjatakan satu kotak kayu berisi aneka kunci, mesin kompresor, serta kompor gas dan tabung elpiji 3 Kg. Perjuangan menaklukkan aral rintang kehidupan dilalui dengan ketekunan.
"Pakwo Preman" adalah sapaan dari anak-anakku untuk Bang Iwan. Namun, mereka akan otomatis bertukar salam jika bertemu. Alasan anak-anakku sederhana. Setiap kali ban sepeda mereka kurang angin atau bocor, uang anakku tak laku.
"Pakwo Preman tak pernah mau dibayar, Yah!"