"Sudah lama?" Pak Gatot tak menghiraukan sikap dingin Azki. Tatapan mata guru itu menunggu.
"Tiga tahun, Pak!"
Dahi Pak Gatot berkerut. Seolah memikirkan sesuatu. "Sejak kelas satu SMP?"
Azki tak menjawab. Wajahnya kembali kaku. Namun jantungnya berdenyut kencang. Aliran darah mengalir deras ke ubun-ubunnya.
Sudah tiga tahun, Yah! Azki hanya bisa mengulang doa yang selalu dibacanya usai sholat.
"Cari apa tadi, Pak?" Azki mengalihkan pembicaraan. Suaranya pelan. Wajahnya sedikit tertunduk.
"Annida!"
"Annida?" Azki mengulang. Sekarang dahi Azki berkerut. Pak Gatot baca Annida? Azki tersenyum geli.
"Kenapa?" Pak Gatot menatap Azki yang tersenyum lebar.
"Enggak salah, Pak? Biasanya yang beli anak perempuan,"
Azki memahami arti tatapan itu. Azki menyerahkan majalah yang diminta. Pak Gatot tersenyum sekilas. Menyerahkan selembar uang dua puluh ribu.