Secara umum, gempa bisa sebagai pemicu bencana susulan. Semisal tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor, kebakaran hingga beragam penyakit. Jangan heran, jika sebagian orang menganggap gempa sebagai "induk" bencana.
Kali ini, aku ceritakan ulang pola pelatihan khusus untuk para guru PAUD dan SD, ya?
Karena materi pelatihan untuk dibagikan ke siswa PAUD dan SD, Butuh penyesuaian bahasa yang didisain untuk anak usia dini. Serta pemilihan alat peraga yang gampang diingat, mudah dan murah ditemukan oleh guru dan anak-anak dalam keseharian, kan?
Dua benda yang mudah ditemukan dan berharga murah itu adalah telur dan batu bata. Biasanya aku meminta pihak sekolah menyediakan telor puyuh yang sudah di rebus. Serta dua buah batu bata. Bagaimana cara menjelaskannya?
Telur puyuh rebus menjadi alat peraga yang efektif untuk pengenalan bumi ke pada siswa. Karena bisa dianggap sebagai "mainan" serta bisa langsung di konsumsi. Hal ini, akan menarik minat dan keingintahuan siswa, kan?
Para guru mendapat satu butir telur, dan diminta memecahkan kulit telur. Maka, akan ditemukan 3 bagian bumi.
Pertama: Kulit Luar Telur
Kulit luar telur yang sudah pecah itu. Dijadikan perumpamaan permukaan, kerak dan lempeng bumi. Ceruk ke arah dalam digambarkan sebagai jurang lembah atau lautan. Ceruk ke arah luar dianggap pegunungan. Kulit luar telur adalah tempat makhluk hidup tinggal.
Kedua: Putih Telur
Bagian putih telur, dijadikan amsal isi luar lapisan bumi. Berupa tanah, pasir, batu hingga lapisan padat dari perut bumi. Anak-anak bisa digambarkan dengan situasi penambangan batu bara, emas atau eksplorasi minyak bumi.
Ketiga: Kuning Telur
Bagian ini dianggap sebagai inti bumi atau isi dalam bumi yang bersifat cair dan panas. Anak-anak diberi penjelasan, seperti sumber lava pijar dan magma yang acapkali dilihat saat gunung api meletus.
Nah! Getaran gempa yang dirasakan itu, terjadi akibat pergerakan lempeng bumi (dari Kulit Luar Telur). Terus, bagaimana bisa menimbulkan getaran?