Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Perempuan Itu Bernama Gadis

18 Januari 2021   17:03 Diperbarui: 18 Januari 2021   17:37 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan itu turun dari motor. Melepaskan helm, sesaat memperhatikan wajahnya di kaca spion. Sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, berjalan pelan menyeberangi jalan. Mataku terpaku.

Pakaian terusan berwarna putih polos, membungkus tubuh yang tidak terlalu tinggi. Selaras dengan bawahan berwarna gelap. Gerak langkah yang terukur berpadu dengan ayunan dua kaki lentur, tertutupi sepatu hitam.

Saat tangan kanannya tiba-tiba menyentuh rambut legam yang terurai melampui bahu. Kurasakan detak waktu sekejap berhenti. Aku merasa iri pada angin siang, yang leluasa menyentuh helai rambut itu. Aku diam tak bergerak, saat tangan kanan itu terulur untukku.

"Gadis!"

***

Mulutku bertahan untuk menyimpan tanya. Aku percaya, setiap orangtua memiliki alasan, menitipkan doa serta harapan saat memberikan nama untuk anaknya. Tapi, benakku tak bisa bertahan. Kenapa perempuan di hadapanku ini, harus bernama Gadis?

Kenapa bukan Indah, Juwita, Jelita atau Ayu? Barisan nama yang kukira pantas. Entah kenapa, nilai kepantasan di jiwaku tergerak mempertanyakan nama itu. Setidaknya, salah satu dari pilihan nama itu, lebih pantas.

Namun, aku juga lega. Aku mengingat teman kecilku yang bernama Indah, perilakunya tak seindah namanya. Begitu juga Juwita yang sedikit tomboy, saat SMP tertangkap kasus narkoba. Atau Jelita yang terpaksa menikah muda sebelum tamat SMA.

Sejauh ini, satu-satunya yang menurutku pantas, adalah temanku semasa kuliah. Ayu memiliki tutur kata yang lembut, wajahnya keibuan dengan senyum tulus. Membuat teman lelakiku sepakat memilih tak tega untuk menyakiti.

Di balik semua pesona itu, ada satu alasan lagi. Ayu adalah pemegang sabuk hitam Tae Kwon Do. Hanya satu kali, kulihat Ayu bertarung di kejuaraan antar fakultas. Mengerikan!

Kini, kusaksikan Gadis menunduk. Tekun mengisi daftar isian yang tercantum di formulir. Diam-diam, aku berjanji tak akan menjadi Bandung Bondowoso, yang tega membiarkan Roro Jongrang terkurung membatu dengan segala kesempurnaan yang dimiliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun