Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kepak Sayap Putih Abu-abu [5]

10 Januari 2021   20:14 Diperbarui: 10 Januari 2021   20:21 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar anak lelaki (sumber gambar: pixabay.com)

Kisah sebelumnya

Sekilas, Irfan menatap Azki. Kemudian mengarahkan matanya pada Fahmi yang masih menunduk. "Kau ikut aku!" Perintah pelan, namun jelas, keluar dari mulut Irfan. Fahmi mengangguk.

"Kalau menjawab bukan begitu! Siap, Kak!" Irfan menirukan.

"Siap, Kak." Fahmi mengikuti.

"Lebih keras!"

"SIAP, KAK!"

"Bagus!"

Irfan tersenyum puas. Kemudian menatap Joni serta panitia yang lain.

"Joni, pimpinannya jangan diganti. Ada masalah lapor padaku. Yang lain mengawasi!""

Irfan menuju ruangan OSIS yang berada di sebelah ruang guru. Fahmi setengah berlari mengikuti.

Semua anak kelas satu lega menatap kepergian Irfan dan Fahmi, hingga lenyap di balik pintu ruang OSIS.

Azki masih berdiri di hadapan anak kelas satu. Joni menatapnya ramah. Ada senyum di sudut bibirnya.

"Namamu Azki, kan? Santai saja. Hal seperti ini, biasa."

Azki masih diam. Namun amarahnya surut. Wajah dan suara Joni, pelan dan ramah.

"Saat kamu tadi berlari keliling halaman, itu pemandangan yang biasa di sini. Anak kelas satu, akan terbiasa menghadapi seperti yang kamu rasakan barusan. Sesudah MOS ini, semuanya akan berlaku baik. Percayalah!"

Joni bicara nyaris berbisik. Seakan takut panitia MOS dan anak kelas satu mendengar. Ia tersenyum kembali. Azki pun membalas dengan senyum terpaksa.

"Bisa dimulai?" Tawar Joni. Azki mengangguk.

"Tapi aku belum pernah..."

"Ikuti aba-abaku!" Sahut Joni cepat. Sambil menepuk pelan pundak Azki.

Tak lama, terdengar suara keras Azki memberikan aba-aba sesuai dengan bisikan Joni. Lima belas menit kedua, anak-anak kelas satu sudah mulai serius.

Namun, sesekali tawa anak-anak kembali terdengar melihat kebingungan Azki. Bagaimana tidak? Saat aba-aba lencang depan Azki, menunjukkan gerakan lencang kanan! Aba-abanya hadap kiri, Ia ke kanan. Saat perintah istirahat di tempat, ia malah jalan di tempat!.

Satu jam kemudian, anak kelas satu dan Azki sudah mampu melaksanakan gerakan dengan baik. Suara Azki yang semula keras, mulai serak nyaris parau. Setelah dua jam di bawah sengatan matahari, anak-anak kelas satu terlihat letih. Termasuk Azki.

***

Acara baris-berbaris selesai. Anak-anak kelas satu diberi waktu setengah jam untuk istirahat. Semua anak kelas satu membubarkan diri. Berlari menuju kantin untuk melepas dahaga. Lalu berkumpul di Aula di dekat Perpustakaan sekaligus Laboratorium Bahasa.

Azki berjalan gontai menuju pelataran Perpustakaan. Di depannya ada pohon beringin kecil. Terdapat bangku yang melingkar berbahan dari bambu kuning. Lokasi yang nyaman untuk berteduh.

Azki memilih duduk di bangku yang tepat berada di dekat batang pohon beringin. Menyandarkan tubuhnya. Wajahnya memerah. Bajunya basah oleh keringat. Kancing baju paling atas dibiarkan terbuka. Matanya dipejamkan. Uh, sejuk sekali di sini!.

"Hai!"

Tiba-tiba, satu suara mengganggu kenyamanannya. Wajah Fahmi ceria. Tak ada tanda-tanda kena hukum, apalagi letih seperti dirinya. Azki heran.

"Kamu tadi dihukum?"

Fahmi menceritakan yang dialaminya. Juga keadaan dirinya yang sebenarnya. Azki mengangguk mengerti.

"Oh! Jadi kata dokter kamu enggak boleh capek? Benar, Irfan itu kakakmu?"

Mata Azki menyelidik membandingkan tubuh Irfan, sang komandan dengan tubuh gendut Fahmi yang mengaku adiknya. Azki tersenyum. Enggak nyambung! Mungkin lain pabrik kali, ya?

Terdengar pengumuman. Anak kelas satu harus segera berkumpul di aula. Kemudian terdengar penjelasan semua kegiatan MOS yang harus diikuti seluruh anak kelas satu. Lalu menunggu pembagian buku suci. Fahmi sudah lebih dahulu mendapatkan buku suci.

"Aku duluan, ya?"

Azki mengangguk. Kemudian terkejut saat terdengar pengumuman susulan.

"Perhatian! Kepada pemilik sepeda yang parkir di sebelah mobil kepala sekolah, harap segera ke tempat parkir! Atau rantainya akan dibongkar paksa!"

Terdengar riuh tawa anak-anak di seluruh sudut sekolah. Azki tersentak kaget, dan segera berlari ke tempat parkir. Tak sengaja sepedanya dirantaikan ke pelek ban depan mobil yang terparkir  pagi tadi.

Azki meraba saku celananya. Satpam sedang berusaha membuka paksa rantai sepeda Azki. Ternyata, Fahmi dan Irfan, sudah berdiri di sebelah kepala sekolah. Pak Gatot juga ada.

"Kamu berdua, benar kakak-adik? Artinya, Fahmi anak kepala sekolah juga? Tapi..."

"Hei!"

Terdengar suara Pak Gatot atau Mr. G. Wajahnya terlihat geram. "Maaf, Pak tak sengaja!" Azki meminta maaf kepada kepala sekolah, seraya membuka rantai sepedanya

"Dasar anak nakal! Tak pernah diajari bapakmu, ya?"

Mr. G membentak lagi. Azki terdiam. Matanya menatap sosok pemarah di hadapannya. Di kepalanya, terlecut sebuah ide, "suatu saat, akan kuajak bapak ini memancing belut. Biar tahu, gerakan seekor belut yang tersangkut kail pancing!"

Curup, 10.01.2021

Zaldychan

[Hari Penuh Warna]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun