Satu jam kemudian, anak kelas satu dan Azki sudah mampu melaksanakan gerakan dengan baik. Suara Azki yang semula keras, mulai serak nyaris parau. Setelah dua jam di bawah sengatan matahari, anak-anak kelas satu terlihat letih. Termasuk Azki.
***
Acara baris-berbaris selesai. Anak-anak kelas satu diberi waktu setengah jam untuk istirahat. Semua anak kelas satu membubarkan diri. Berlari menuju kantin untuk melepas dahaga. Lalu berkumpul di Aula di dekat Perpustakaan sekaligus Laboratorium Bahasa.
Azki berjalan gontai menuju pelataran Perpustakaan. Di depannya ada pohon beringin kecil. Terdapat bangku yang melingkar berbahan dari bambu kuning. Lokasi yang nyaman untuk berteduh.
Azki memilih duduk di bangku yang tepat berada di dekat batang pohon beringin. Menyandarkan tubuhnya. Wajahnya memerah. Bajunya basah oleh keringat. Kancing baju paling atas dibiarkan terbuka. Matanya dipejamkan. Uh, sejuk sekali di sini!.
"Hai!"
Tiba-tiba, satu suara mengganggu kenyamanannya. Wajah Fahmi ceria. Tak ada tanda-tanda kena hukum, apalagi letih seperti dirinya. Azki heran.
"Kamu tadi dihukum?"
Fahmi menceritakan yang dialaminya. Juga keadaan dirinya yang sebenarnya. Azki mengangguk mengerti.
"Oh! Jadi kata dokter kamu enggak boleh capek? Benar, Irfan itu kakakmu?"
Mata Azki menyelidik membandingkan tubuh Irfan, sang komandan dengan tubuh gendut Fahmi yang mengaku adiknya. Azki tersenyum. Enggak nyambung! Mungkin lain pabrik kali, ya?