Cubitan pertanda putus asa, sukses mendarat di lenganku pagi tadi. Saat sore, aku baru ngeh! Ternyata memang tanggal cantik. Karena jika dibaca bolak balik bakal bermakna sama.
Aku tahu, biasanya ada ketertarikan orang-orang pada deretan angka-angka cantik dengan berbagai alasan.
Menurut Pak Agus- pemilik organ tunggal-, biar gampang diingat. Mbak Sari lain lagi. Pemilik katering Ayam Geprek itu menyatakan, biar beda. Yanto, temanku yang akan menikah tahun depan, memberikan hadiah nomor khusus untuk calon istri. Alasannya? Dia Istimewa.
Romi yang menjual sepatu, rela membayar lebih, untuk mendapatkan nomor ponsel cantik yang terpasang di papan merek toko. Orang kaya, juga memesan nomor polisi cantik buat kendaraan roda dua atau roda empat.
Ada juga yang mengatur tanggal kelahiran, tanggal pertunangan, serta tanggal pernikahan. Entahlah, kalau merencanakan tanggal kematian.
***
Bab 10. "Uban". Halaman 945.
"Uban Ayah tambah banyak!"
"Hadiah dari Tuhan, Nak!"
"Makanya potong rambut!"
Tujuh bulan, bekerja di rumah sejak kedatangan korona. Aku mulai menyadari banyak hal. Salah satunya, aku jadi baru tahu, jika keberadaan uban di kepalaku itu, bertambah banyak. Pasti butuh banyak waktu buat menghitungnya.