Saat Mak Ijah berkisah, aku memilih diam sambil mendorong gerobak. Saat aku pamit, Mak Ijah menatapku lekat. Mata itu mencari tahu, melampau lesatan waktu yang telah berlalu.
"Mak agak ragu. Bukannya kau..."
Tak kubiarkan Mak Ijah mengulang kisah peristiwa tujuh belas tahun lalu. Ketika kobaran api tak hanya melahap seisi rumah, juga ayah, ibu, dan dua adikku. Malam itu, aku tidak tidur di rumah. Tapi, menginap di rumah temanku. Anak Mak Ijah adalah temanku.
"Mak mau menjadi ibuku?"
Curup, 22. 12.2020
[ditulis untuk Kompasiana]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI