Siswa kelas dua dan tiga, teratur membubarkan diri menuju kelasnya masing-masing. Azki hanya bisa menarik nafas panjang dan mengendurkan kakinya yang terasa kaku.
"Kamu, ikut saya!"
Suara tegas bernada perintah terdengar. Azki menoleh pada sumber suara. Laki-laki tersebut mengangguk dan melangkah panjang ke ruang guru. Azki tertegun sesaat.
"Pergi cepat!"
Suara si gendut di sebelahnya mengingatkan. Wajahnya menggambarkan kecemasan. Azki menebar pandang ke sekitarnya. Anak-anak yang lain memandangnya heran, kemudian saling berbisik.
Azki menoleh ke arah si Gendut, seolah meminta pertimbangan. Si Gendut di sebelahnya mengangguk. Azki pun membalas anggukan itu.
"Nama kamu siapa?" Azki bertanya sambil mengulurkan tangannya.
"Ayo cepat ke sana!" Lagi, terdengar Suara si Gendut. Sekarang agak keras. Matanya mengarah ke ruang guru. Tampak guru tadi, berdiri di pintu memandang ke arahnya.
"Iya. Nama kamu siapa?" Azki mengulang tanya. Tangannya masih terulur.
"Fahmi!" Â Si Gendut menyambut cepat tangan Azki, dan segera melepaskannya kembali.
"Fahmi? Aku panggil kamu gendut? Eh, Famoy aja, ya? Suka atau tidak terserah! Aku pergi Moy. Namaku Azki!"