Semua peserta upacara mengangkat tangannya memberi hormat. Ternyata bendera sedang dikibarkan. Azki pun mengangkat tangannya.
Sesaat kemudian terdengar lagu Indonesia Raya. Dinyanyikan sekelompok anak berseragam putih abu-abu di sisi paling kiri barisan. Diiringi seperangkat alat musik.
Tak ada bisik-bisik apalagi berisik. Semua khidmat. Azki sibuk memperhatikan paduan suara. Kemudian membandingkan dengan sekolahnya yang dulu.
TEGAK, GRAK!
Sekali lagi Azki terkejut. Suara komandan upacara mengiringi nada terakhir dari lagu kebangsaan tadi. Semua tangan turun. Semua anggota barisan, kembali membentuk sikap sempurna.
Setelah itu berturut-turut mengheningkan cipta, pembacaan Pancasila dan UUD 1945. Tiba saatnya amanat dari Pembina Upacara. Terdengar bisik-bisik dari barisan kelas dua dan kelas tiga. Laki-laki berbaju safari tadi memegang mikropon.
"Semoga kalian menikmati liburan kenaikan kelas kemarin. Seperti tahun-tahun lalu, banyak pelajaran dan kegiatan yang harus kalian ikuti. Mari kita tingkatkan prestasi dan menjaga nama baik sekolah kita sebagai sekolah favorit dan nomor satu!"
Terdengar tepuk tangan yang meriah dari seluruh peserta upacara.
"Juga kepada anak-anak kelas  satu. Sebagai kepala sekolah, saya ucapkan selamat! Kalian sudah diterima di sini. Kalian boleh merasa bangga. Dari tujuhratus limapuluh tiga orang pendaftar, hanya dua ratus orang yang diterima."
Kali ini tepuk tangan lebih meriah terdengar di barisan anak --anak kelas satu. Azki begitu bersemangat sambil menoleh kanan-kiri seraya menebar senyuman.
Saat semua orang berhenti, ia masih bertepuk tangan. Sehingga mengundang perhatian dari seluruh peserta upacara. Azki tersadar. Wajahnya merah menahan malu. Si Gendut di sebelahnya tersenyum lebar.