Dalam satu video percakapan dengan Najwa Shihab, Sapardi Djoko Damono berujar, jika puisi adalah bunyi. Ujaran itu disepakati Joko Pinurbo, dengan tambahan, "bermain-main dengan kata". Usai membacakan puisi berjudul Kamus Kecil. Aku tampilkan potongan lariknya, ya?
Saya dibesarkan oleh bahasa Indonesia yang pintar dan lucu
Walau kadang rumit dan membingungkan
Ia mengajari saya cara mengarang ilmu
Sehingga saya tahu
Bahwa sumber segala kisah adalah kasih
Bahwa ingin berawal dari angan
Bahwa ibu tak pernah kehilangan iba
Bahwa segala yang baik akan berbiak
Bahwa orang ramah tidak mudah marah
Bahwa untuk menjadi gagah kau harus menjadi gigih
Bahwa seorang bintang harus tahan banting
Bahwa orang lebih takut kepada hantu ketimbang kepada Tuhan  Â
Puisi Kamus Kecil, memperlihatkan kejelian dan ketelitian Joko Pinurbo dalam memilih dan memilah diksi serta bunyi (coba lihat kata dengan warna berbeda). Jika dibaca atau didengarkan, akan tersaji kedua hal itu. Untuk lengkapnya, sila simak video berikut ini.
Terus, bagaimana caraku menulis puisi? Karena datang pada era belakangan, dan tanpa bekal kepenulisan secara akademis. Aku menggunakan rumus "try and error", serta berpijak pada asupan bacaanku dari karya-karya dari banyak penyair.
Saat menulis fiksi, seperti cerpen dan puisi, Aku lebih memilih kredo diksi dan bunyi. Semisal larik berikut ini:
aku telah lebih dulu membunuh benci
sebelum hiruk-pikuk di keramaian menikam sepi
tapi aku tak mampu membujuk matahari
merampas beningmu sejenak berhenti menjejaki selasar sunyi.