***
Kau tahu yang aku pikirkan jika ada wakil rakyat, adalah benar-benar mewakili rakyat?
Aku jadi khawatir membayangkan, tapi berusaha mengerti. Saat ada wakil rakyat yang terhormat, ketahuan oleh wartawan menonton film esek-esek, padahal lagi mengikuti sidang. Maka kuanggap orang itu mewakili rakyat yang suka film begituan.
Ketika hadir berita salah satu wakil rakyat berselingkuh, bahkan dibuktikan dengan rekaman video yang tergolong asusila. Kukira, mewakili rakyat yang ketahuan sering berselingkuh.
Mataku pernah melihat di televisi, ada wakil rakyat yang berusia muda, berkomentar pedas bahkan melampaui batasan adab saat bersikap serta berbicara pada orang tua. Kejadian itu pun viral. Kuduga, anak muda itu mewakili rakyat yang tanpa etika.
Jika ada anggota yang terbukti korupsi, melakukan penipuan atau lebih mementingkan diri serta anggota keluarga dekat. Bisa jadi, sesungguhnya mereka sedang menjalani fungsi sebagai perwakilan, kan?
Akupun meyakini. Ribuan orang yang pernah menjadi wakil rakyat. Pasti ada yang mewakili orang-orang baik. Tak mungkin dan sangat mustahil dari ratusan juta warga negara, tak mempunyai wakil rakyat sebagai orang baik, kan?
Kau bersedia yakin sepertiku?
***
"Abang pintar, juga mantan aktivis. Tak berminat terjun ke politik?"
Satu pertanyaan yang kunilai bodoh, diajukan Romi. Menurutku, sosok Anton tak akan pernah mau terlibat politik praktis. Jika pun berminat, kubayangkan Anton sebagai wakilku. Hanya sesekali datang ke kantor, tapi dengan seragam resmi pangkalan.