Aku mengingat tangismu, usai kuucapkan ijab kabul di hadapan beberapa orang pengurus panti. Sebagai wali sekaligus saksi.
Akupun mengingat tulisan tanganmu pada secarik kertas kecil. Yang sengaja kau letakkan di atas sajadah. Sebelum melaksanakan sholat isya berjamaah. Pada malam pertama, kau dan aku sebagai suami istri.
"Terima kasih, Mas! Aku tak mau berjanji. Sejak hari ini kupasrahkan hidupku, padamu."
***
Kau menangis, saat kuminta berhenti mengajar. Agar lebih banyak waktumu merawat puluhan anak Panti. Tak hanya itu, kuingin tubuhmu tak terlalu lelah. Agar anganmu menjadi seorang ibu tercapai. Merasakan melahirkan dan membesarkan anak yang hadir dari rahimmu.
"Aku merasa berutang, Mas! Karena..."
"Di sana. Bu Asri pasti akan mengerti."
"Tapi..."
"Biar aku yang melunasi!"
Dan itu kubuktikan. Kau berhenti mengajar. Akupun berhenti menerima honor walau tetap mengajar. Kau sibuk mengurus Panti, aku sibuk mencari pemasukan pengganti.
***