Aku mengingat wajahmu yang langsung tertekuk. Akupun merasakan hangat di wajahku. Dan, aku masih mengingat kalimat Bu Asri, saat memacu langkah dengan terburu meninggalkan ruangan.
"Hei! Baru saja dititip, malah pergi sendirian!"
***
Kisah lucu pada pertemuan itu, menjadi satu-satunya hiburan jika kau dan aku mengenang sosok Bu Asri. Tak hanya kepala sekolah dan panutan bagi semua guru. Tapi Beliau adalah Ibu angkatmu.
Dari ceritamu, aku jadi tahu. Jika Bu Asri adalah donatur tetap Panti Asuhan. Tempat berlindungmu.
"Aku sering ke rumah Bu Asri. Tapi tak pernah melihatmu!"
"Kan aku tinggal di Panti?"
"Bukannya, di Panti hanya batas usia SMA?"
"Iya. Tapi Bu Asri berjanji, kuliahku dibiayai, jika tetap mau tinggal di panti."
Aku tak pernah ingin tahu tentang kedua orangtuamu. Pun, tak akan kutanyakan itu. Namun penasaranku terjawab, bagaimana caramu menyelesaikan kuliah.
Kepergian Bu Asri yang tiba-tiba, padahal baru tiga bulan mengajar. Membuatmu goyah. Kau kehilangan sosok yang melindungimu. Itu salah satu alasan nekatku memintamu menjadi istriku. Satu tahun setelah kepergian itu.