Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kini Ia Terlahir Piatu

19 Juli 2020   18:03 Diperbarui: 19 Juli 2020   18:02 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

"Tempat Adek, Mas?"

"Kan, hujan?"

"Hanya gerimis, Mas!"

Adek, adalah kata mantra bagimu. Dan kata sakti bagiku. Satu-satunya anakmu. Hadir dari rahimmu. Berusia empatpuluh hari. Duapuluh tujuh tahun lalu. Hingga waktu memahat takdir. Tak lagi ada adek lain yang lahir. Bagimu dan bagiku.

Kau memegang erat leherku dari belakang. Bertahan menunggu langkah kakiku yang pelan. Menuju tempat persinggahan abadi. Pemakaman sepi. Berjarak seratus meter di belakang rumah.

Kau akan turun dari gendongan. Duduk bersimpuh di susunan bebatuan. Menggenggam sapu tangan merah jambu yang semakin lusuh. Perlahan menghabiskan isi botol dengan merapalkan segala doa dan pinta. Kau dan aku menikmati sunyi berdua. Juga air mata.

***

Hari ini, bukan jumat pagi. Aku kembali mengunjungimu. Juga adek yang sejak lama lelap di sisimu. Bersimpuh menunggu hadirnya air mataku, yang ditakdirkan lahir piatu.

Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah

dan hujan, membayangkan rahasia daun basah

serta ketukan yang berulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun