"Ayah..."
"Barusan pergi. Gerobak dihancurkan, gelas-gelas dipecahkan. Di dalam rumah masih berantakan. Ayahmu pergi dengan amarah!"
***
"Ya Allah! Mamas..."
"Tolong ambilkan handuk!"
Setengah berlari, istriku menghilang dari pintu rumah. Dan tergesa muncul kembali, berusaha secepatnya mengusapkan handuk ke wajahku. Kurebut handuk dari tangannya, sambil menyerahkan kantong plastik hitam yang ada di tanganku.
"Ngopi atau teh, Mas?"
"Itu saja!"
Sambil tersenyum, telunjuk tangan kanan, kuajukan ke arah kantong plastik hitam yang telah berpindah tangan. Sekilas kuusap kepalanya. Langkahku mendahului menuju kamar mandi.
Istriku tertawa saat aku duduk di hadapnya di meja makan. Kedua tangannya sibuk menyalin lima bungkus es campur, ke dalam satu mangkok besar. Sambil gelengkan kepala, perempuan cantik itu menatapku.
"Kan, hujan, Mas?"