Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Pelanduk di antara "Jebakan" Tahu dan Tidak Tahu

12 Juni 2020   23:24 Diperbarui: 13 Juni 2020   00:31 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi lelaki dan peta konsep. (sumber gambar : pixabay.com)

Kata "awam" menjadi panduanku, sebagai pijakan tentang orang yang memilih tidak tahu. Dalam KBBI V, awam adalah umum, kebanyakan, biasa, tidak istimewa. Jika dikaitkan dengan kata orang. Maka menjadi orang kebanyakan, orang biasa (bukan ahli).

Golongan manusia-manusia awam ini, cenderung "dimaafkan" karena ketidaktahuannya. Namun juga terkadang "menjadi korban" akibat ketidaktahuan tersebut.

Fenomena terdekat, adalah "keriuhan" berkaitan dengan pandemic covid-19.  Kalimat "common sense" (akal sehat) menjadi viral. Untuk mengajak berfikir secara sehat, ketika di pusaran polemik beredar kata Lockdown, PSBB, dan terakhir The New Normal.

Sebagai orang kampung, aku jadi susah membedakan, apakah itu informasi dari orang awam atau para ahli. Tetiba, aku merasa semua menjadi ahli! Ada ahli kesehatan, ahli kebijakan publik, ahli ekonomi dan ahli-ahli lainnya.

Pagi tadi, malah sempat kubaca pada linimasa seorang teman, "Pandemi itu, akar masalahnya pada kesehatan. Kalau masalah kesehatan tidak diselesaikan, maka kita tak akan bisa menyelesaikan masalah ekonomi!"

Logika yang dibangun dari status ini, adalah kekhawatiran. Jika masyarakat dihadapkan langsung dengan resiko penularan wabah karena urusan ekonomi. Biaya pengobatannya, juga bakal menggerus ekonomi.

Akhirnya aku jadi bingung! Melihat serta membandingkan semangat New Normal dengan status temanku tadi. Belum lagi, adanya "kecurigaan" yang melahirkan debat kusir tentang data dan fakta dari angka-angka orang terpapar covid-19 yang beredar.

Apalagi jika hal itu dihadapkan dengan kredo "Risk Communication". Tujuan dari Risk Communication itu, bukan menyembunyikan data atau mengaburkan fakta. Tapi upaya menyelamatkan sebanyak-banyaknya nyawa bagi mereka yang terpapar

Tuh! Lebih nyaman tidak tahu, kan? Hiks...

sumber gambar : pixabay.com
sumber gambar : pixabay.com
Jurus Kaget Abu Nawas

Aku jadi menduga-duga, urusan tahu dan tidak tahu ini seperti "jurus kaget" Abu Nawas. Seperti dDikisahkan, pada suatu malam yang purnama, Abu Nawas kehilangan sebuah kunci. Maka, Abu Nawas sibuk mengelilingi rumahnya mencari kunci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun