Jika kayu bakar disusun hanya di kolom sebelah kiri sampai ke belakang rumah, artinya pemilik rumah hanya memiliki anak perempuan. Sebaliknya, jika susunannya di sebelah kanan, artinya hanya memiliki anak laki-laki.
Bagaimana jika memiliki anak laki-laki dan perempuan? Maka sisi kiri dan kanan rumah akan terisi kayu bakar. Bagi yang belum atau tidak memiliki anak, maka kayu bakar disusun pada kolom yang di tengah. Sisi kiri dan kanan kolong, dibiarkan kosong.Â
Jadi, susunan kayu bakar di kolong rumah, akan memudahkan orangtua untuk mencarikan jodoh buat anaknya, atau bagi para pemuda untuk mencari pasangan. Uniknya kearifan lokal, tah?
Kedua. Rumah.
Umumnya sebuah rumah. Pada denah Umeak Potong Jang, biasanya terdiri dari Berendo (beranda) berukuran 1-2 meter dan mengikuti lebar seluruh bangunan rumah. Kemudian ruang utama, lantainya lebih tinggi satu papan dari lantai beranda.
Ruang utama, terdiri dari ruang tamu, kamar tidur (sesuai kebutuhan) serta bagian paling belakang adalah dapur.
Ketiga. Bubungan.
Persis di bawah atap yang berbentuk segitiga, ada ruang kosong yang biasa disebut bubungan atau loteng. Digunakan sebagai lumbung atau rangkiang (jika di Minang). Untuk tempat penyimpanan cadangan pangan (padi yang telah dijemur kering) selama menunggu masa panen berikutnya.
Bubungan ini, juga dimanfaatkan sebagai "area parkir" biji kopi kering bagi pemilik rumah. Jika ternyata pada saat panen, mengalami harga yang dianggap belum cocok. Jika musim hujan, bubungan dijadikan tempat untuk "menjemur" padi atau kopi. Tuh, keren, kan?
Jika pemilik rumah adalah pemuka adat. Beberapa pusaka atau peralatan untuk upacara ritual adat, juga disimpan pada ruang khusus di bubungan. Tempat tertinggi sebagai simbol penghormatan tradisi.
Rumah panggung Umeak Potong Jang, tak hanya tradisi. Namun juga teruji dari bencana gempa. Letak geografis Rejang lebong, selain diapit dua gunung api aktif (Bukit Kaba dan Bukit Daun), juga terletak di zona subduksi gempa.