Bagiku, pemuisi ketika melahirkan puisi-puisinya. Bukan seperti ibu yang melahirkan anaknya. Menyusui dan menyapih, mengasuh dan membesarkan hingga anak-anak mereka menjadi dewasa.
Usai membidani kelahiran sebuah karya, Pemuisi akan membiarkan barisan kata-kata itu mengembara. Menemui kebesarannya sendiri, atau menemui kematian dini.
Seperti seorang ilmuan atau seorang ahli yang menciptakan definisi. Kukira, proses kreatif sebuah puisi juga melalui tahapan kelahiran sebuah definisi.
Pertama. Tujuan.
Kalimat "tak ada makan siang gratis", menjadi ungkapan yang tepat untuk tahapan ini. Sebuah definisi tak mungkin diciptakan tanpa tujuan. Begitu juga dengan puisi. Hanya misteri yang tersimpan adalah, tak semua orang mengetahui tujuan untuk apa atau mengapa puisi itu dibuat.
Kedua. Situasi dan Kondisi.
Sebagaimana di zaman dulu, impian pergi ke bulan adalah sesuatu yang mustahil. Namun tidak pada saat ini, kan? Sebuah definisi begitu juga puisi, lahir berdasarkan kesesuaian situasi dan kondisi yang dialami (internal atau eksternal) penciptanya.
Ketiga. Pengetahuan.
Bagiku, pengetahuan adalah batasan dari sebuah imajinasi. Definisi lahir berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh penciptanya. Maka, tak tertutup kemungkinan, jika puisi pun terlahir dengan koridor itu.
Ketika tujuan, situasi dan kondisi, serta pengetahuan seorang pemuisi berubah. Jika ketiga hal di atas bertambah atau berkurang, maka cara memaknai puisi yang terlahir pun akan berubah arah!