Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Meminta Maaf? Serius Enggak, Sih?

22 April 2020   17:56 Diperbarui: 23 April 2020   07:10 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sikap permintaan maaf. (sumber gambar: womanchange.com)

"Kami memohon maaf atas kesalahan yang dibuat. Tapi kami..."

"Jika ada yang salah kata, kami ucapkan beribu maaf..."

"Mohon maaf atas ketidaknyamanan pelanggan. Karena..."

Aih, sering mendengar ungkapan ini, kan? Semisal berhadapan dengan penyitaan barang di bandara, usai mendengarkan tokoh agama, tokoh masyarakat atau pejabat berpidato, atau Membaca di layar mesin ATM, yang ternyata rusak?

Atau pernah dengar ungkapan permintaan maaf dari kalangan figur publik atau selebriti saat ditangkap memakai narkoba. Beberapa jarak waktu kemudian mengulanginya lagi? Dan kembali melakukan permintaan maaf lagi?

Akhirnya, kata maaf tak lagi dianggap sebagai bentuk penyesalan. Tapi sebagai kalimat "basa basi" yang memang harus diucapkan begitu!

sumber gambar : https://ulyadays.com/
sumber gambar : https://ulyadays.com/
4 Tipologi Permintaan Maaf

Deborah Levi, Sosiolog dan Penulis asal Inggris. Membagi 4 tipe permintaan maaf berdasarkan situasi dan tingkat penyesalan.

Pertama. Permintaan Maaf Taktis.

Hal ini biasanya terjadi ketika seseorang dituduh melakukan kesalahan, kemudian menawarkan permintaan maaf yang retoris dan strategis- terkadang tidak sepenuh hati.

Contoh? Bisa dilihat di jalan raya. Ketika pengendara motor "menyerempet" pejalan kaki. Berhenti, berikan senyuman sambil ucapkan kata maaf. Kemudian berlalu pergi tanpa permisi. Pernah alami ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun