Sesungguhnya, tanpa sengaja. Hal yang dilakukan anak-anakku tadi, termasuk pada rumusan edutainment. Yaitu perkawinan antara education (pendidikan) dan entertainment (hiburan).
Secara epistemologi, edutainment adalah : Bagaimana anak didik terlibat dalam proses pembelajaran dengan rileks, menyenangkan dan bebas dari tekanan fisik dan psikis.
Saat artikel ini kutulis, malah jadi kepikiran. Dibandingkan instruksi mengerjakan deretan soal sekian halaman yang diambil dari buku paket, difoto dan dikirimkan ke gurunya. Kenapa tak dilakukan konsep edutainment?
Semisal, Belajar menggambar peta sumatera bersama ayah? Belajar memasak nasi goreng bersama ibu? Atau pilihan-pilihan lain, yang mengaitkan materi belajar dengan melibatkan orang-orang yang ada di lingkungan rumah.
Kan, belajar ada silabus dan kurikulum? Menurutku, kedua hal itu adalah panduan umum. Capaian pembelajaran anak, tergantung dari indikator yang dibuat oleh guru. Itu pun jika kondisi normal. Jika kondisi #DiRumahAja seperti sekarang? Â
Jadi? Hayuk sajikan anak didik konsep belajar edutainment. Jika pun gurunya lupa, maka orangtua yang membuat pembelajaran di rumah menjadi seru dan menggembirakan. Sing penting, anak betah di rumah dan tetap belajar, kan?
Nah! Aku curhat lagi, kan? Hiks..
Hayuk salaman!
Curup, 27. 03. 2020
zaldychan
[ditulis untuk Kompasiana]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H