Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Orangtua Musti Belajar "Melupakan" Nilai dan Peringkat sebagai Alat Ukur Hasil Belajar Anak

13 Maret 2020   21:21 Diperbarui: 14 Maret 2020   03:38 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

Illustrated by pixabay.com
Illustrated by pixabay.com
3 Cara mengukur Hasil Belajar Anak

Sesungguhnya aku menerapkan pola pengawasan intensif terhadap pendidikan anakku. Tampaknya saja seperti "pembiaran". Namun hal itu kulakukan dalam bangunan komunikasi dengan anak-anak.

Aku lupa sumber teorinya. Ada 3 Cara Mengukur Hasil Belajar Anak. Dengan mengabaikan deretan angka sebagai nilai, atau sebagai peringkat anak di sekolah. Aku tulis menurut bahasaku saja, ya?

Pertama. Melihat Perubahan prilaku dalam diri anak yang relevan dengan materi belajar.

Ini adalah ukuran yang gampang dilihat dengan kasat mata. Semisal pelajaran tentang kebersihan dengan mulai membuang samaph pada tempat sampah. Atau tentang puasa sunat senin dan kamis, maka anak akan berusaha mengerjakan itu.

Syaratnya? Orangtua juga ikut terlibat menyigi dan menyimak materi ajar yang dipelajari anak di sekolah. biasanya, malam hari aku akan mengintip materi anak buat besok. Dan saat menjemput anak, akan aku tanyakan! Curang, ya?

Kedua. Menyimak Perubahan pola pikir anak.

Karena sering melihat razia Polantas terhadap para pengendara motor yang tak menggunakan helm. Anakku akan mengingatkan, "Jangan lupa helm, Yah. Nanti ada razia!"

Namun setelah belajar di sekolah tentang keselamatan di jalan raya, serta melihat beberapa akibat keclakaan bermotor dari tayangan berita di televisi. Saat terjadi razia, kalimat anakku mulai berubah, " Kenapa gak mau pakai helm? Padahal untuk melindungi kepala kan, Yah?"

Ketiga. Mencari tahu apakah anak dapat membangun konsep baru.

Aku contohkan, Anakku lelakiku pernah ada tugas sekolah praktek membuat kecambah tauge dari kacang hijau pada pelajaran IPA. Karena ingatnya malam, kecil kemungkinan untuk mendapatkan kacang hijau. Saat aku berfikir mencari, anakku malah berucap dengan santai,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun