Jadi, ketika anak mengenal "kata baru" yang tak sesuai dengan bahasa ibu. Seperti tiga kemungkinan respon dan pertanyaan dari anak saat menonton film Upin-Ipin. Karena "kata baru" yang didengarkan itu akan menjadi bahasa kedua bagi anak.
Akan berbeda jika anak tak tuntas menguasai bahasa ibu. Maka kata-kata itu, akan menjadi bahasa pertama bagi anak, alias bahasa ibu. Tuh, kan?
Adalah benar, Bahasa Ibu identik dengan bahasa daerah. Indonesia memiliki kekayaan luar biasa, jika bicara ragam budaya termasuk di dalamnya bahasa daerah. Â Kukira, semua akan sepakat bahwa Bahasa Ibu perlu dilestarikan.
Dilansir liputan6.com (21/02/2020), ada 718 bahasa daerah yang dipetakan di Indonesia. 11 di antaranya telah punah. 9 bahasa di Maluku dan Maluku utara dan 2 di papua (tautan terlampir). Artinya ada 707 bahasa daerah yang masih hidup dan digunakan.
Bayangkan jika bahasa itu punah? Maka jejak budaya dan kearifan lokal yang berpedoman pada bahasa itupun akan lenyap. Karena bahasa, bisa menjadi gerbang pembuka keberadaan sebuah budaya. Beberapa hal ini, bisa dilakukan sebagai upaya melestarikan bahasa Ibu.
Pertama. Memperbanyak penutur. Terkadang, bukan tentang ajaran dan asuhan di keluarga tentang bahasa ibu. Tapi gaya hidup, merasa gengsi atau dianggap ndeso membuat banyak orang meninggalkan bahasa ibunya.
Dalam grup WA Kompasianer dengan anggota berbeda latar belakang budaya dan bahasa. Acapkali kujumpai teman yang menggunakan bahasa ibunya, bahasa Jawa, Sunda atau Banjar. Pun seringkali terjadi "kejahilan dan iseng" dari sesama anggota. Namun bagiku, itu adalah salah satu upaya mempertahankan bahasa ibu.
Kedua. Perbanyak memindahkan Bahasa Ibu dari lisan menjadi tulisan. Beberapa Kompasianer pun pernah menulis artikel dalam bahasa ibunya. Semisal puisi-puisi Mas Mim Yudiarto, Mbah Ukik, atau pantun Bang Kartika Eka H.
Selain itu, karena berasal dari Minang, aku pribadi akan menggunakan Bahasa Ibu (Minang) jika bertandang ke akun Kompasiana Pak Tjiptadinata Effendi yang biasa kusapa Mamanda. Beliau pun akan melakukan hal yang sama jika memberi atau membalas komentar.
Malah pernah aku dibuatkan puisi oleh akun Limbuk dengan puisi berbahasa jawa, Dan aku sibuk mencari tahu terjemahannya. Haha...