Kenapa Perlu Menceritakan Masa Lalu?
Dari beberapa artikel yang pernah kubaca, setidaknya ada tiga dampak positif, ketika menceritakan masa lalu. Termasuik pengalaman pahit itu pada orang lain. Entah melalui lisan atau tulisan.
Pertama. Bisa "menyembuhkan" diri sendiri. Pengalaman pahit terkadang melahirkan trauma bagi sebagian orang. Dan ini pelan-pelan menjadi penyakit bagi diri. Keberanian itu anggaplah upaya berdamai dengan masa lalu. Ahaaay...
Karena, saat bercerita, tanpa sadar kita melakukan refleksi diri, melakukan perenungan dan menyusun ulang alasan-alasan. Kenapa bisa bertahan hingga saat ini. Secara tak langsung beban psikologis berkurang dan merasa nyaman.
Kedua. Meningkatkan kekebalan tubuh. Terkadang pengalaman pahit dan dibiarkan mengendap, acapkali membuat emosi tak stabil. Nah, menyigi, meneliti dan berbagi kisah masa lalu, bisa meningkatkan imunitas tubuh.
Kok bisa? Seperti kisah pilu sebutir telur di atas. Walau di hati masih tersisa perihnya, jika diceritakan sekarang, akan menjadi lucu penuh gelak tawa. Dan menganggap hanya sebagai kenangan masa kecil. Artinya, secara emosional, kita mampu mengatasinya, kan?
Ketiga. Menjadi "harta" yang bebas diwariskan. Banyak ditemukan Biografi atau autobiografi dari tokoh-tokoh terkenal, kan? Menceritakan kisah mereka menjadi sumber inpirasi bagi semua orang.
Kalau di Minang, dikenal "Pituah Ayah", menjadi refleksi hidup sekaligus pesan seorang ayah pada anaknya. Konsep Smong sebagai cerita lisan yang menjadi tradisi di pulau Simeulue, Aceh. Berangkat dari pengalaman pahit akhirnya menjadi aba-aba buat bencana Tsunami usai gempa.
Menurutku, menjadi bagian penting sebagai orangtua, berbagi kisah hidup kepada anak. Pengalaman tak hanya menyajikan rasa bangga, namun juga pembelajaran tentang simpati dan empati.
Berdasarkan pengalaman pribadi, mendengar kisah teman serta hasil bacaan artikel parenting. Aku bagikan tertulis saja manfaatnya, ya?