Rumi berdiri di depan kalender yang tergantung di dinding ruang tamu. Menundukkan kepala sejenak. Meraih spidol besar yang sengaja digantung menggunakan tali plastik. Perlahan, melingkari satu angka di kalender. Tanggal hari ini.
"Kita berangkat, Mas?"
Sesaat Rumi menatapku, kemudian melirik gelas bertadah piring kecil yang tersaji di atas meja. Kopiku masih bersisa setengah. Tak bersuara, perempuan berusia tigapuluh tahun itu, akhirya memilih duduk di hadapku.
"Sebentar lagi, ya?"
Tak menunggu reaksi Rumi. Kuraih gelas di hadapku. Mereguk isinya dengan terburu. Dan kembali meletakkan gelas ke posisi semula. Kulihat segaris senyum tersaji di wajah Rumi. Namun segera lenyap, saat mengetahui aku memandangnya.
"Kenapa tersenyum?"
"Eh? Melihat cara Mas minum, Aku..."
"Lupakan! Hayuk berangkat!"
Tergesa, aku berdiri. Kembali meraih gelas dan menandaskan isinya. Rumi terkejut menatapku. Sambil anggukkan kepala, kuserahkan gelas. Rumi bangkit duduknya, meraih gelas dan berjalan cepat menuju dapur.
***
"Sudah siap, Mas!"