Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Andai Gotong Royong Dihitung Kekayaan Negara, "Bersatu Kita Utuh, Bercerai Kita Teduh!"

7 Januari 2020   17:54 Diperbarui: 7 Januari 2020   18:02 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : satelitpost.com/

Tetiba menjadi rindu dengan narasi-narasi masa sekolah dulu, semisal "kita dididik sebagai orang timur, dan harus berkepribadian yang luhur," atau "berat sama dipikul, ringan sama dijinjing" atau larangan para tetua, "Jangan lakukan! Itu tabu dan saru!" Aih, beda zaman, beda juga aturan dan prilakunya, barangkali, ya?

Ada rasa bangga, walau hanya menyaksikan dari potongan gambar di layar televisi, di portal berita online serta ragam media sosial. Begitu kukuhnya solidaritas dan soliditas dari relawan, aparat dan masyarakat. Saling membantu dan bahu-membahu, melakukan pemulihan usai musibah banjir di berbagai daerah.

Kukira, tak sebatas jiran tetangga, bahkan ada yang tak saling kenal. Menjadi bukti, nilai-nilai gotong royong belum tergerus perkembangan zaman.

sumber foto : bengkulu.kemenag.go.id/
sumber foto : bengkulu.kemenag.go.id/

Gotong Royong Itu, Punya Dampak Luarbiasa!

"Anak-anak, besok gotong rotong! Bawa arit, cangkul, sapu atau kain pel!"

Masa sekolah dulu, kalimat instruksi bapak atau ibu guru dengan kata-kata gotong royong, biasanya hari jumat, setelah selesai senam pagi. Akan disambut dengan gegap gempita dan antusias! Walaupun terkadang motivasinya, bisa bebas bermain dan gak belajar di kelas! Iya, kan?

Maka, saat acara gotong royong, tak peduli alat yang dibawa apa, kerjanya malah apa. Semua akan terlibat. Pasti ada juga yang mlipir, tapi tak banyak. Tak perlu pembagian tugas yang ribet, dan tak butuh tarik urat leher apalagi urat saraf.

Anak perempuan, berkuasa membersihkan pernak-pernik di dalam kelas. Menyapu dan mengepel lantai, membersihkan kaca jendela atau papan tulis. Pokoknya, urusan internal serahkan pada mereka.

Nah, jatah anak laki-laki bertanggung jawab bagian luar kelas. Mulai dari merumput, membersihkan taman atau memperbaiki pagar. Terkadang, berbonus membersihkan WC siswa dan WC guru. Hiks...

Seru? Pasti! Apakah bekerja serius? Sebagian iya, sebagian ikutan kerja saat diawasi guru, kan? Tapi semua bakal berfikir. Kerja harus diselesaikan bersama-sama. Biar bisa bebas  bermain sambil menunggu jam pulang! Ahaaay

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun