"WC umum?"
"Iya!"
Ragil mengangguk pasti. Puluhan mata saling bertukar tatap. Sesaat sunyi hadir di balai desa. Pertemuan malam itu, menyusun rencana penggunaan dana desa. Semua perangkat desa Dusun Sawah hadir. Termasuk tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Desa Dusun Sawah, memiliki keindahan alam yang luar biasa. Di dinding terbentang peta desa. Dari tugu selamat datang, akan terlihat susunan rumah-rumah panggung yang menghadap jalan.
Barisan rumah-rumah penduduk, tersusun rapi membelakangi aliran sungai Musi yang memanjang hingga batas akhir desa. Di seberang sungai, terhampar petak-petak sawah sebagai sumber daya alam dan sumber penghidupan bagi masyarakat.
Selain sawah, sungai Musi adalah pusat aktifitas masyarakat Desa Dusun Sawah. Tak keliru, bila disebut aliran sungai itu telah menjadi urat nadi kehidupan. Tempat mandi, mencuci pakaian dan alat rumah tangga, sekaligus tempat yang nyaman untuk buang hajat.
Kebiasaan yang telah mendarah daging sejak awal keberadaaan desa, malam itu diusik oleh Ragil. Anak muda lulusan sarjana sosial. Keponakan kepala desa.
"Apa tak sebaiknya, kita lanjutkan dulu merapikan musholla?"
"Rencana membangun gapura desa, juga belum jadi!"
"Atau dananya, buat nambah modal koperasi desa. Untuk menambah stok pupuk!"
Balai desa kembali riuh. Dan lagi, ragam usulan dan komentar terhadap usulan berseliweran.semua merasa berkepentingan. Semua merasa usulannya adalah kebutuhan masyarakat dan bermanfaat. Percakapan tanpa arah dan liar. Hingga Kades Amin merasa perlu angkat suara.