Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ragil dan WC Umum

18 Desember 2019   14:45 Diperbarui: 18 Desember 2019   14:52 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by pixabay.com

"WC umum?"

"Iya!"

Ragil mengangguk pasti. Puluhan mata saling bertukar tatap. Sesaat sunyi hadir di balai desa. Pertemuan malam itu, menyusun rencana penggunaan dana desa. Semua perangkat desa Dusun Sawah hadir. Termasuk tokoh masyarakat dan tokoh agama.

Desa Dusun Sawah, memiliki keindahan alam yang luar biasa. Di dinding terbentang peta desa. Dari tugu selamat datang, akan terlihat susunan rumah-rumah panggung yang menghadap jalan.

Barisan rumah-rumah penduduk, tersusun rapi membelakangi aliran sungai Musi yang memanjang hingga batas akhir desa. Di seberang sungai, terhampar petak-petak sawah sebagai sumber daya alam dan sumber penghidupan bagi masyarakat.

Selain sawah, sungai Musi adalah pusat aktifitas masyarakat Desa Dusun Sawah. Tak keliru, bila disebut aliran sungai itu telah menjadi urat nadi kehidupan. Tempat mandi, mencuci pakaian dan alat rumah tangga, sekaligus tempat yang nyaman untuk buang hajat.

Kebiasaan yang telah mendarah daging sejak awal keberadaaan desa, malam itu diusik oleh Ragil. Anak muda lulusan sarjana sosial. Keponakan kepala desa.

"Apa tak sebaiknya, kita lanjutkan dulu merapikan musholla?"

"Rencana membangun gapura desa, juga belum jadi!"

"Atau dananya, buat nambah modal koperasi desa. Untuk menambah stok pupuk!"

Balai desa kembali riuh. Dan lagi, ragam usulan dan komentar terhadap usulan berseliweran.semua merasa berkepentingan. Semua merasa usulannya adalah kebutuhan masyarakat dan bermanfaat. Percakapan tanpa arah dan liar. Hingga Kades Amin merasa perlu angkat suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun