"Jangan nakal, Nak!"
Kuabaikan tawamu. Aku tetap memasang wajah serius. Jemariku tak berhenti mengelus perutmu.
"Kasihan Ibu! Kan, capek membawamu kemana-mana?"
"Haha..."
"Kalau terlalu capek, Ibumu gak cantik lagi!"
"Yaaang..."
Plak!Pluk!Plak!Pluk!
Sore itu, ada bonus pukulan di bahuku. Bertahun, kau bertahan hidup bersamaku. Namun, kau tak pernah siap dengan ulahku atau ucapanku. Tawamu tak berhenti, saat aku masih saja mengelus perutmu. Menuntaskan misiku.
"Ibumu, tak bisa ditebak, Nak!"
"Haha.."
"Tapi kau pasti anak yang beruntung!"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!